Liputan6.com, Jakarta Bonus demografi atau meningkatnya usia produktif, generasi muda diprediksi mencapai 70 juta jiwa pada 2035. Dengan jumlah begitu besar, berbagai persiapan termasuk kebijakan menyangkut pendidikan atau kesehatan perlu dilakukan.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Prof. Dr. Fasli Jalal menyebutkan, generasi muda merupakan sumber daya utama untuk pembangunan. Mereka dapat berperan dalam menjadi agen kunci perubahan sosial, pertumbuhan ekonomi, inovasi teknologi, termasuk kesehatan.
"Anak muda itu masa depan Indonesia. Di tangan mereka Indonesia dipertaruhkan. Untuk itu penting bersama-sama mengetahui bagaimana pendidikan mereka, status kesehatan dan menjaga usia kerja," kata Fasli saat temu media Seminar Hari Kependudukan Dunia di Hotel Borobudur, Senin (14/7/2014).
Advertisement
Dalam kesempatan yang sama, Fasli juga menekankan empat poin dalam meningkatkan kerjasama dengan generasi muda seperti pendidikan, kesehatan, keterlibatan generasi muda dan peran serta termasuk perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi," jelasnya.
Di sisi lain, Guru Besar FEUI, Prof. Dr. Sri. Moertiningsih mengatakan, bonus demografi atau meledaknya usia muda merupakan kesempatan baik untuk meningkatkan kualitas mereka.
"Kita harus menyiapkan generasi muda untuk lebih berkualitas dan inovatif. Lebih dari usia 15-29 saat ini telah bekerja dan mereka tidak siap. Selain itu, masalah kehamilan dini juga rawan," jelasnya.
Menyikapi hal tersebut, Sri menambahkan, sejumlah kebijakan pemerintah harus ditingkatkan guna mengatasi kondisi ini, termasuk pendidikan pasca pendidikan dasar, pekerjaan, kesehatan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, konflik dan kejahatan, serta keterlibatan publik.