Liputan6.com, Jakarta Obat bernama ZMapp yang kini digunakan untuk mengobati petugas Amerika Serikat yang terkena Ebola di Afrika masih terus digunakan walaupun masih dalam tahap uji coba penelitian. Tidak ada pilihan lain karena penyebaran virus begitu cepat dan risiko kematiannya sampai 90 persen.
Seperti disampaikan Kepala Balitbangkes, Tjandra Yoga Aditama bahwa obat ini sebenarnya masih dalam proses penelitian (eksperimen). Keamanannya pada manusia belum pernah diteliti dan baru pernah dicoba pada monyet percobaan. Tapi obat ini digunakan pada dua pasien Amerika itu karena belum ada pilihan lain.
Menurut Tjandra, ZMapp berisi 3 jenis antibodi monoklonal yang di proses di tanaman antara lain Nicotiana benthamania. Tanaman ini adalah suatu jenis khusus daun tembakau yang digunakan untuk penelitian agroinfiltration, dimana rekombinan agrobacterium digunakan untuk memasukkan bahan genetik baru ke dalam tanaman.
Advertisement
"ZMapp merupakan koktail kombinasi antara beberapa obat lain, yaitu MB-003 dan ZMab. Tapi mekanisme kerjanya belum sepenuhnya diketahui, mungkin menghambat virus memperbanyak diri, atau melakukan neutralisasi virus itu. Untuk dapat diakui khasiat dan keamanannya serta digunakan secara luas, maka obat ini masih memerlukan proses penelitian, yaitu uji klinik fase 1, fase 2 dan fase 3," kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis (7/8/2014).
Sedangkan, kata Tjandra, hasil pengobatan ZMapp sementara ini cukup baik pada kedua pasien Amerika, maka masih ada 2 kemungkinan. Pertama, obat eksperimen ini memberi hasil, atau kedua pasien-pasien ini tergolong dalam 40 persen pasien Ebola yang sembuh. Karena seperti diketahui sekitar 60 persen pasien Ebola meninggal dunia.