Liputan6.com, Jakarta Kondisi fisik Ari si Kulit Ular membuat aktivitasnya terbatas. Kini, di usianya yang menginjak 16 tahun, hari-hari Ari Wibowo diisi dengan menjaga warung internet (warnet) dan belajar mengaji.
Sejak lima bulan ini, Ari mulai menjaga warnet milik tantenya, Eva. Warnet kecil ini berada di depan tempat tinggalnya, sehingga tak memerlukan tenaga ekstra untuk menuju ke sini.
Kondisi kulit sekujur tubuhnya yang bersisik di sekujur tubuh tak membuat warnet yang buka dari pukul 08.00 hingga 22.00 ini sepi pengunjung. "Orang-orang di sini juga sudah tahu kondisi Ari, tidak menular juga penyakitnya ini jadi gak ada masalah, tetap ramai warnetnya," terang Eva saat ditemui Health-Liputan6.com pada Jumat (26/9/2014).
Advertisement
Usai makan siang, sekitar pukul 12.00 Ari bersiap-siap untuk ikut kelas mengaji di Madjis Talim Nurul Anwar, Tegal Rotan yang berjarak sekitar satu kilometer dari lokasinya berada. "Sudah lama dia belajar mengaji di sini. Ya masak, dia sudah ditolak di sekolah disini juga ditolak. Ari kan sama seperti kita manusia," tutur Fatimah salah satu pengajar di kelas mengaji ini.
"Dia kan sudah tak sekolah, makanya kita suruh dia belajar mengaji. Biar jadi bekalnya," terang sang nenek Masnah.
Dijelaskan Fatimah, pada awal kehadiran Ari masuk kelas mengaji memang terjadi ketakutan pada anak-anak lain, bahkan ada yang mengatakan Ari adalah monster. Ada yang berpindah jam mengaji ada pula yang tidak mengaji.
Namun seiring berjalannya waktu, Ari diterima di kelas mengaji tersebut. Menurut Fatimah, Ari pun acapkali berinteraksi dengan anak-anak lain tanpa rasa risih dan sungkan.