Liputan6.com, Jakarta Cairan air mani (semen) yang disemprotkan pria saat ejakulasi mengandung berbagai fragmen. Dan semprotan awal yang dianggap lebih efekif untuk pembuahan telur dan perkembangan embrio.
Bagian pertama dari semprotan ejakulasi itu mengandung lebih banyak sperma, yang bergerak lebih cepat dan memiliki kualitas DNA yang lebih baik.Â
Baca Juga
"Ejakulasi selalu dianggap sebagai keseluruhan. Namun, kami percaya bahwa itu dibagi menjadi dua fase berbeda karena komposisi dan fungsi fisiologis yang ditujukan untuk mencapai dua tindakan yang sama pentingnya dalam hal reproduksi," kata pemimpin penulis studi Maria Hebles dari Ginemed Assisted Human Reproduction Clinic di Seville, Spanyol seperti dikutip Zeenews, Kamis (28/5/2015).
Advertisement
Tujuan ejakulasi pertama adalah membuahi telur dan pada semprotan kedua membuat pria lain tak mempunyai kesempatan lagi untuk membuahi.Â
Ini karena fraksi pertama dianggap memiliki komponen pelindung seperti seng, sedangkan yang kedua berisi elemen yang dapat menyebabkan kerusakan pada sperma, kata para peneliti seperti yang tercantum dalam Jurnal Systems Biology in Reproductive Medicine.
Pada penelitian ini, para ahli meminta 40 partisipan untuk mengumpulkan cairan ejakulasi secara terpisah menjadi dua kontainer, masing-masing untuk setiap fase. Cairan itu kemudian dipisahkan menjadi fase pertama dan kedua serta mempelajari karakteristik sperma di masing-masing fase.
Hasilnya, pada fase pertama mengandung populasi sperma yang lebih banyak. Inilah yang membuat penggunaan sperma dari fraksi tersebut bisa memiliki efek positif pada pembuahan dan perkembangan embrio.
"Seperti yang kami harapkan, sperma dari fraksi pertama ejakulasi lebih cepat bergerak dan jumlahnya lebih banyak dan lebih penting lagi, mereka memiliki integritas DNA lebih tinggi dibanding sperma dari tahap kedua," kata para peneliti.
Dan pada penelitian ini, para ilmuwan mencatat fase pra-ejakulasi atau cairan pra-mani tidak mengandung sperma.