Liputan6.com, Jakarta Berapa banyak makanan yang terbuang setiap harinya pada rata-rata rumah tangga? Hal ini menjadi perhatian IKEA untuk menjadikan kehidupan yang lebih baik setiap harinya bagi lebih banyak orang, demi kehidupan yang berkesinambungan.
Sebelumnya, IKEA bersama Kedutaan Besar Swedia di Indonesia mendorong masyarakat memberikan alternatif solusi untuk penanganan sisa makanan di rumah tangga melalui kegiatan Smart Living Challenge II yang mendorong partisipan dari berbagai elemen masyarakat memberikan ide-ide inovatif dalam memanfaatkan limbah makanan.
Baca Juga
Smart Living Challenge II memberikan tantangan kepada 30 peserta yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, tentang bagaimana mengelola dan mengolah limbah makanan rumah tangga dengan cara yang mudah dan berkesinambungan dan bagaimana meminimalisir dampak limbah makanan terhadap lingkungan.
Advertisement
Manager Marketing IKEA Indonesia, Eliza Fazia, mengatakan, “Merupakan tantangan tersendiri untuk mengelola dan menangani limbah makanan secara konsisten dengan membuat solusi dan inovasi dalam menjadikan kehidupan yang lebih baik. Solusi yang diberikan pada Smart Living Challenge II diharapkan dapat mendorong kesinambungan bagi lingkungan yang lebih sehat dan bersahabat mengingat jumlah limbah makanan yang setiap hari kian meningkat.”
Tantangan tersendiri
Terdapat alasan kuat mengapa IKEA mendorong adanya solusi terhadap penanganan terhadap limbah makanan. Indonesia dihadapkan dengan tantangan akan limbah makanan yang cukup signifikan. Menurut Biro Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2020, sampah rumah tangga yang terakumulasi dari 384 kota di Indonesia berjumlah 80,235 ton setiap harinya, dimana 70% hingga 80% berasal dari sampah organik dari kegiatan dapur. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga seharusnya bertanggung jawab terhadap limbah makanan yang dihasilkannya.
Jika setiap rumah tangga menyisakan 1 gram beras yang tidak termakan setiap harinya atau setara dengan 50 butir beras, maka 10 juta rumah tangga telah menghasilkan beras tak termakan sebanyak 10,000 kg beras per hari atau 500 juta butir beras. Dalam setahun, beras yang terbuang dikalikan dengan 365 hari adalah 3,650,000 kg atau 3.650 ton per tahun.
Eliza menekankan, “Ini merupakan jumlah yang sangat signifikan dan perlu dilakukan penganganan yang tepat di setiap rumah tangga, untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi banyak orang.”
Sementara di Inggris dan Belanda, menurut data WRAP/Zero Waste Europe, terdapat sisa makanan senilai €500 yang terbuang oleh rumah tangga setiap tahunnya. Ironisnya, terdapat 805 juta orang (atau 1 dibanding 9 orang) di dunia tidak mendapatkan makanan yang cukup sebagai syarat bagi kehidupan aktif yang sehat.
Advertisement
Dua kategori
Makanan terbuang terdiri atas dua kategori, yakni food loss atau bagian dari makanan yang terbuang diakibatkan oleh proses produksi, panen dan proses distribusi; dan food waste atau bagian dari makanan yang terbuang dan terjadi selama penjualan hingga konsumsi yang diakibatkan oleh perilaku penjual makanan dan konsumen itu sendiri, dimana makanan dibuang.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dari PBB, hampir sepertiga dari hasil makanan yang di produksi diseluruh dunia terbuang dengan estimasi sebanyak 1,3 milyar ton makanan, atau setara dengan jumlah makanan yang diproduksi oleh seluruh wilayah Sub-Sahara di Afrika. Menurut World Resources Institute, jumlah tersebut setara dengan 198 juta hektar lahan yang digunakan untuk memproduksi makanan.
Dengan menghindari penumpukan limbah makanan, maka akan mengurangi jumlah produksi CO2 yang dihasilkannya.
Menurut Eliza, kini telah banyak konsumen yang menyadari akan pentingnya kesinambungan dengan memilih solusi yang cerdas dan praktis untuk mengurangi limbah makanan. Dengan melakukan penanganan sampah dan daur ulang yang lebih efisien, maka dapat membantu mengurangi pengeluaran maupun dampak negatif sampah terhadap lingkungan.