Jangan Sampai Indonesia Impor Temulawak

Dukungan pemerintah terhadap petani rimpang sepertinya belum maksimal.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 15 Agu 2015, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2015, 10:00 WIB
Jangan Sampai Indonesia Konsumsi Temulawak Impor
Dukungan pemerintah terhadap petani rimpang sepertinya belum maksimal.

Liputan6.com, Jakarta Dukungan pemerintah terhadap petani rimpang sepertinya belum maksimal. Sejak dua tahun silam misalnya, salah satu komoditas hortikultura, jahe ternyata banyak didatangkan dari luar negeri.

Seperti disampaikan Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Indah Yuning Prapti, permainan harga pasar begitu berat dirasakan petani tanaman obat. Hal ini membuat mereka lemah dan mengeluh.

"Kemarin saya bilang Ibu Menteri, seharusnya petani ikut menanam tumbuhan obat agar menghasilkan uang. Jadi kalau bahan habis, kita tidak perlu impor. Masa jahe di Sumatera saja dari luar negeri?" tegasnya saat ditemui wartawan, ditulis Sabtu (15/8/2015).

Indah menerangkan, penelitiannya selama tiga tahun di tiga desa (1 daerah biasa dan 2 daerah miskin) membuktikan mindset (pola pikir) yang sama dari petani terhadap ketidakjelasan hasil tanamannya. "Waktu mereka tahu tanaman obat bisa jadi uang, langsung mereka mau menanamnya. Jadi ternyata Indonesia harus ada contohnya, nggak mau ada risiko lebih dulu," kata Indah.

"Namun ketika mereka sudah ingin menanam, tidak ada jaminan. Banyak permainan harga pasar. Petani bahkan ada yang mengeluh beberapa waktu lalu karena temulawak dihargai Rp 1.000," ungkapnya.

Wakil Rektor Intitut Pertanian Bogor (IPB) Prof Yonny Koesmaryono, Ph.D menanggapi serupa. Menurutnya, saat ini tidak ada aturan yang jelas di pasar sehingga petani harus menerima sebagian kecil hasil jerih payahnya.

"Tengkulak itu berapa lapis. Yang mendapat keuntungan, ya mereka-mereka itu. Sudah jadi rahasia umum. Maka itu, ketika ada industri yang mau langsung membelinya, tentu geliat mereka akan mengembalikan semangat pasar," katanya.

"Menanam temulawak berkualitas memang tidak mudah karena tergantung pada cuaca, ketinggian tanah dan dukungan dari lembaga riset. Tanaman ini juga perlu diberi sedikit stres agar mereka tumbuh dengan kadar curcumin yang tinggi," ungkapnya kembali.

Kendati demikian, kata dia, seharusnya masyarakat Indonesia bisa lebih mengeksplorasi lagi tumbuhan lain. Sebab banyak rimpang sejenis yang memiliki manfaat kesehatan yang dahsyat dan menjadi ikon Indonesia.

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya