Liputan6.com, Jakarta Guru Besar Ilmu Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (UP) Ros Sumarny mengatakan, banyak tanaman obat yang berpotensi sebagai antitumor atau antikanker.
"Pemberian bahan alam pada pasien tumor ganas lebih banyak berperan sebagai suportif dengan harapan dapat mengeliminasi, mengurangi gejala sakit atau mengatasi efek samping akibat paparan kemoterapi," kata Ros Sumarny usai dikukuhkan sebagai guru besar di Jakarta, Senin.
Beberapa tanaman obat yang berpotensi sebagai antitumor, yaitu Phaleria macrocarpa (buah mahkota dewa), Curcuma zedoaria (rimpang kunyit putih), Pandanus conoideus lam (buah merah), dan Garciania mangostana (kulit buah manggis).
Advertisement
Ia mengatakan, penerapan ilmu pengetahuan kimia bahan alam dan dukungan bioteknologi molekular dapat mempercepat penemuan bahan alam yang berpotensi sebagai bahan aktif antitumor.
"Komponen bioaktif tanaman obat mempunyai banyak molekul target dan memberikan efek beragam terhadap fisiologi tubuh, di antaranya komponen bioaktif tersebut mungkin saling memberikan efek yang bersifat sinergis, aditif, atau saling meniadakan," katanya.
Ros mengatakan, tumor merupakan jaringan baru (neoplasma) sebagai akibat dari pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak terkoordinasi, yang dapat diikuti dengan proses metastasis (penyebaran) pada satu atau lebih jaringan.
Ia mengatakan, tumor yang tidak menyebar dan tidak ganas disebut tumor jinak (benign tumor), sedangkan tumor yang menyebar dan dan ganas (malignant tumor) disebut kanker.
Menurut hasil survei Internasional Agency for Research on Cancer (IARC), pada 2012 diperkirakan terdapat 14,1 juta orang di dunia yang menderita kanker dan 8,2 juta orang di antaranya meninggal dunia.
Prediksi kasus kanker baru pada 2030 mencapai 21,7 juta orang dan 13 juta orang di antaranya meninggal dunia. (*)