Orangtua Tak Boleh Wariskan Kebencian pada Anak

Dalam menyikapi kasus terorisme, orangtua tidak boleh mewariskan kebencian pada anak-anak.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 20 Jan 2016, 07:00 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2016, 07:00 WIB
Ilustrasi : Ungkapan Hati Anak Korban Perceraian yang Orang Dewasa Tak Tahu
Ungkapan Hati Anak Korban Perceraian yang Orang Dewasa Tak Tahu (sumber. livehack.org)

Liputan6.com, Jakarta Peristiwa ledakan bom di kawasan Thamrin pada Kamis (14/1/2016) membuat sejumlah orang bereaksi terhadap aksi tidak manusiawi itu. Kejadian itu ramai dibicarakan di televisi, media sosial, dan situs-situs berita. Namun, sekejam apa pun tindakan yang dilakukan pelaku, orangtua tidak boleh mewariskan kebencian pada anak-anak. Orang tua juga tidak boleh mewariskan stereotype negatif.

"Salah bila orangtua terlalu melebih-lebihkan sesuatu. Tidak bijak juga kalau orangtua mengatakan bahwa Islam atau suatu agama begini-begini," kata dosen psikologi dari Universitas Indonesia, Nathanael EJ Sumampouw M, Psi dalam forum NGOBRAS di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/1/2016). 

Orangtua, kata dia, harus ingat bahwa kelak anak-anaknya akan berinteraksi dengan berbagai kelompok. Ketika anak didoktrin dengan hal-hal negatif, ia khawatir anak akan berpikiran aneh dan negatif saat berkumpul bersama orang lain.

"Seperti kejadian yang menimpa anak-anak di Maluku saat tragedi di tahun 2002. Lagu anak-anak di sana menjelek-jelekan suku sebelah. Itu membuat orang-orang di sana menjadi tidak utuh," kata Nathanael.

Seharusnya, Nathanael menjelaskan, ungkapkan juga bahwa banyak orang baik dari agama-agama itu. "Misalnya yang melakukan itu dari agama A. Sebagai orangtua, bisa mengungkapkan fakta lainnya bahwa agama A itu baik banget sama kita," kata dia menerangkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya