Ortu, Jangan Biarkan Mitos Ini Cegah Anak Diimunisasi

Bagi masyarakat umum, imunisasi adalah kebutuhan, tapi di sebagian wilayah, imunisasi dianggap sebuah kerugian.

oleh Muhammad Sufyan diperbarui 31 Mar 2016, 10:30 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2016, 10:30 WIB
Ilustrasi Imunisasi
Ilustrasi Imunisasi (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta Imunisasi bagi masyarakat modern bukan sebuah mimpi buruk, melainkan sebuah kewajiban dan kebutuhan. Tetapi di sebagian wilayah, terutama di daerah terpencil, imunisasi dianggap sebuah kerugian. 

Ada beberapa mitos yang berkembang yang mempengaruhi pola pikir seseorang sehingga memberikan imunisasi pada anak dianggap sebagai momok yang menakutkan. Di antaranya ditulis oleh publichealth.org, ditulis Kamis (31/3/2016):

Tak boleh diimunisasi saat demam

Bayi yang mengalami demam bukannya tidak diimunisasi, melainkan hanya ditunda pelaksanaan imunisasinya. Selama suhu badan bayi tidak mencapai pada 38,5 derajat selsius, maka imunisasi masih bisa untuk dilanjutkan. Termasuk pula jika bayi/anak batuk pilek ringan tanpa demam boleh diimunisasi. Jika bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1-2 pekan kemudian.

Menyebabkan autisme

Informasi ini sangat salah, dan memang tidak ada hubungan antara vaksin dan autisme. Seorang ilmuwan dari grup advokasi autisme, Autism Speaks, menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir riset yang telah dilakukan untuk menemukan kaitan antara vaksin pada masa tumbuh kembang anak dan autisme, memberikan pencerahan jelas bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme.

Mengandung racun

Mitos ini juga salah, karena vaksin memang tidak mengandung merkuri yang digunakan sebagai bahan pengawet dalam vaksin imunisasi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya