Hubungan Intim Terasa Nyata dengan Pakaian Masturbasi Khusus Pria

Sebuah produsen mainan seks di Jepang memperkenalkan pakaian yang membuat penggunanya merasakan berhubungan seks virtual seperti nyata.

oleh Melly Febrida diperbarui 06 Apr 2016, 14:30 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2016, 14:30 WIB
Hubungan Intim Terasa Nyata dengan Pakaian Masturbasi Khusus Pria
Sebuah produsen mainan seks di Jepang memperkenalkan pakaian yang membuat penggunanya merasakan berhubungan seks virtual seperti nyata.

Liputan6.com, Jakarta Canggihnya teknologi membuat sesuatu yang terlihat tak mungkin menjadi mungkin, salah satunya dengan hubungan seksual virtual. Sebuah produsen mainan seks di Jepang, Tenga, memperkenalkan pakaian yang membuat penggunanya merasakan berhubungan seks virtual seperti nyata.

Pakaian tersebut membuat pemakainya melakukan masturbasi, tapi ini hanya diperuntukkan kaum pria. Illusion VR bodysuit itu sudah dilengkapi perangkat masturbasi Tenga yang merangsang kelamin pria (Mr P) serta dilengkapi payudara palsu.

Pakaian itu mengirimkan impuls ke seluruh tubuh pemakainya, sehingga membuatnya seakan merasa manusia lain menyentuhnya, yang merangsangnya mencapai orgasme.

Perangkat tersebut menggunakan ilusi Oculus Game Sexy Beach. Alhasil, pemakainya bisa menyesuaikan avatar wanita dan berhubungan intim dengannya secara virtual. Menurut situs Mic, pakaian seharga 400 dolar itu sudah habis terjual.

"Saya pikir di masa depan virtual reality lebih nyata dibanding seks sebenarnya," kata CEO Tenga Tsuneki Sato kepada Motherboard seperti dikutip ATTN, Rabu (6/4/2016).

Situs Cut menduga pakaian masturbasi untuk pria ini bisa memberikan pesan buruk bahwa perempuan pelit atau pemilih, sehingga pria mengeluh dengan kehidupan seksualnya.

Sebenarnya, kaum hawa memiliki sikap berbeda terhadap teknologi seksual dibanding pria. Menurut survei Tuff University, dua pertiga wanita yang disurvei tak akan berhubungan seksual dengan robot seks, sementara dua pertiga pria akan lincah dengan salah satunya.

Shelly Ronen, seorang kandidat PhD di New York University yang mempelajari seks, keintiman, dan teknologi, mengatakan bahwa beberapa faktor mungkin berkontribusi terhadap kesenjangan sikap antara perempuan dan laki-laki terhadap teknologi seks.

"Dengan asumsi survei ini benar-benar mampu menangkap keinginan responden, maka kemungkinan pertama adalah perempuan lebih emosional dalam seks yang bermakna, yang harganya lebih tinggi dalam sebuah hubungan dengan orang lain dibanding pria," kata Ronen.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya