Liputan6.com, Jakarta Sedikit banyak orang yang terserang penyakit harian seperti batuk dan pilek mendapatkan antibiotik setelah berobat ke dokter, namun penggunaan antibiotik pada penyakit harian tersebut ternyata hanya menimbulkan masalah baru.
Baca Juga
Seseorang yang resisten akibat antibiotik tentunya sulit untuk ditangani, sebab membutuhkan waktu dan perawatan yang lebih lama, biaya yang lebih banyak, dan risiko kematian yang lebih besar karena kondisi ini.
Dalam pertemuan media perihal One Health Approach: Strategi Kurangi Maraknya Bakteri Kebal Antibiotik, yang digelar Selasa (19/4/2016), di Balai Kartini, masalah umum yang berkembang di masyarakat ialah kepanikan orangtua terhadap anak yang terserang pilek, batuk, atau radang dan langsung memberikan antibiotik kepada anak mereka. Paham ini salah besar.
Advertisement
"Jadi gini sebetulnya kalau untuk radang nggak perlu antibiotik, karena kebanyakan radang 90 persen disebabkan oleh virus jadi nggak ada satupun antibiotik yang dapat menyembuhkan virus. Karena kalau untuk virus, infeksinya akan sembuh sendiri, jadi nggak perlu makan antibiotik," ungkap Dr Dewi Indriani, kepada Health-Liputan6.com, seusai memberi paparan perihal kuman kebal antibiotika.
Pada penyakit radang tenggorokan, batuk, dan pilek yang tidak disertai oleh panas, Dr Dewi sebagai salah satu anggota World Health Organization Indonesia (WHO) yang bertanggung jawab atas hal terkait resistensi antimikroba ini menuturkan, penyembuhan infeksi pada tubuh perlu diimbangi dengan memperhatikan hal berikut, "Infeksi akan sembuh sendiri dengan meningkatkan daya tahan tubuh, minum yang banyak, makan makanan bergizi, makan buah dan sayuran."