Liputan6.com, Jakarta Semua remaja tentunya memiliki cita-cita di masa depan kelak. Namun untuk meraih impian itu membutuhkan modal yang tak ternilai yaitu, ilmu.
Membicarakan ilmu atau pendidikan di Indonesia, tentu membutuhkan upaya yang besar. Bukan hanya diperlukan finansial yang besar, melainkan juga upaya pemerataan sarana pendidikan di Indonesia khususnya di daerah pelosok, seperti di Halmahera, Maluku.
Baca Juga
Dalam mewujudkan program kampanye pendidikan, pihak PT Ultrajaya Milk bersama Indonesia Mengajar merekrut lebih dari 50 pengajar muda untuk memberikan pendidikan dasar yang layak bagi anak-anak di pedalaman Indonesia.
Advertisement
"Masalah pendidikan memang tidak akan pernah selesai. Namun setidaknya membenahkan dikit demi sedikit seperti yang dikerjakan Indonesia mengajar ini cukup positif untuk dilakukan bersama," ujar Evi Herawati Trisna, direktur eksekutif Indonesia Mengajar dalam acara Penyerahan Donasi "Shake to Care Mooore" Ultra Milk, Selasa (21/06/2016).
Bentuk komitmen yang dibangun oleh kedua belah pihak ini sudah berjalan selama kurang lebih lima tahun. Partisipasi dan rasa kepedulian remaja Indonesia di bidang pendidikan ternyata cukup besar lewat kampanye ini.
Proses pemilihan pengajar muda dalam kampanye ini melewati tahap seleksi terlebih dahulu, dengan kriteria minimal mengantongi ijazah sarjana strata satu.
Seperti Rahmat Danu Andika, pria lulusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini telah berhasil menjadi seorang pengajar muda yang dikirim ke pedalaman Halmahera, tepatnya di pulau Bacan, Maluku.
"Waktu tahu ada Indonesia Mengajar, saya mendaftar secara online, waktu itu usia saya masih sekitar 22 atau 23 tahun, gitu. Nah yang mendaftar itu kurang lebih 1.300, tapi yang dipilih hanya 51 orang termasuk saya. Dan pengajar muda yang lolos dikirim ke lima kabupaten di Indonesia," ungkapnya.
Â
Menurutnya--sebagai generasi penerus bangsa Indonesia--, bukan hanya orang-orang yang berpengalaman atau orang tua saja yang bisa memajukan anak Indonesia ke arah atau masa depan mereka.
Dika sapaan hangat pria berusia 29 tahun ini justru beranggapan bahwa para generasi muda bangsa Indonesia dapat saling berbagi dengan cara ini.
Tak ada kesulitan yang dialami Dika saat mengajar 24 murid SD di sana. Bahkan Dika melihat para murid itu memiliki semangat juga antusiasme yang cukup tinggi untuk belajar dan meraih cita-cita mereka.