Dokter India Tawarkan Bantuan Tangani Arya Permana

Negara India bersedia atau menawarkan bantuan pengobatan untuk Arya Permana (10) bocah asal Desa Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru

oleh Liputan6 diperbarui 12 Jul 2016, 17:24 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2016, 17:24 WIB
20160630-Obesitas-Ariya-Permana-GMS
Semprotan air membersihkan tubuhnya di halaman rumah. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jawa Barat Netty Heryawan menuturkan Negara India bersedia atau menawarkan bantuan pengobatan untuk Arya Permana (10) bocah asal Desa Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang yang mengalami obesitas.

"Setahu saya, dari tim dokter yang menanganginya semalam (negara yang menawarkan bantuan pengobatan) itu India karena India punya sistem dan metodologi dan mungkin juga mereka ingin melakukan uji coba," kata Netty Heryawan di Gedung Sate Bandung, Selasa.

Ia meyakini kemampuan tim dokter dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung tidak kalah dengan kemampuan dokter dari luar terkait penanganan medis untuk bocah obesitas tersebut.

"Menurut saya dokter melakukan sesuatu lebih dahulu sebelum menyerahkan kepada pihak lain (dokter luar negeri). Masa menyerah sebelum berperang," kata dia.

Netty mengatakan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan penderita obesitas di Indonesia menempati peringat ke-4 di dunia sedangkan angka stunting (kurang gizi kronis) menempati urutan ke-5 di dunia.

"Itu memang bisa kita petakan bahwa kalau untuk gizi buruk itu ada di wilayah pedesaan dan aspek ekonomi, sosial budaya mereka tidak mampu apa sih asupan yang dibutuhkan untuk anak. Nah kalau di kota malah sebaliknya karena ada modernisasi jadi banyak faktornya," kata dia.

Lebih lanjut ia menuturkan hingga saat ini dirinya yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK terus berupaya mengoptimalkan peran posyandu untuk mencegah terjadinya gizi buruh dan gizi lebih pada anak-anak.

"Sejauh ini kita terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kader posyandu dan pengelolaanya serta programnya. Tapi lagi-lagi kita berpacu dengan waktu, karena iklan di televisi pergeseran nilai dan lain-lain terus ada," kata dia.

Oleh karena itu, ia menolak bantuan dana CSR (tanggung jawab sosial) dari perusahaan-perusahaan untuk posyandu berupa makanan pabrikan namun harus berupaya model atau paket pembinaan terhadap orang tua.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya