Kelapa Mahal dan Langka di Malaysia, Pelaksanaan Festival Hindu Thaipusam Terkena Imbasnya

Harga kelapa di Malaysia melonjak lebih dari 50 persen akibat produktivitas yang menurun drastis. Sejumlah pejabat dan pemimpin komunitas Hindu mengimbau agar peserta Festival Thaipusam membatasi kelapa yang dipecahkan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 02 Feb 2025, 19:00 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2025, 19:00 WIB
Ilustrasi buah kelapa kuning
Ilustrasi buah kelapa kuning. (Photo by MARIOLA GROBELSKA on Unsplash)... Selengkapnya

 

Liputan6.com, Jakarta - Langkanya kelapa yang dipicu oleh menurunnya hasil panen karena cuaca buruk telah meningkatkan harganya secara drastis di Malaysia. Sebuah festival agama Hindu yang digelar secara tahunan, Thaipusam, pun terkena imbasnya.

Melansir Chanel News Asia, Minggu (2/2/2025), para pemimpin negara dan komunitas di Malaysia mendesak peserta untuk memecahkan lebih sedikit kelapa selama Festival Thaipusam yang digelar pada bulan ini. Ketua panitia kuil Hindu Batu Caves, R Nadarajah menyarankan para umat yang akan berpartisipasi cukup memecahkan satu kelapa saja, menurut laporan berita Malay Mail.

"Selama Anda melakukannya dengan ketaatan yang tulus, jumlah kelapa tidak masalah," katanya dalam laporan tersebut.

Thaipusam adalah hari libur nasional di Malaysia dan tahun ini jatuh pada 11 Februari 2025. Festival ini didedikasikan untuk Dewa Murugan, dengan ritual pemecahan kelapa sebagai bagian dari pembersihan dan simbol penyerahan ego seseorang.

Ketua Menteri Penang, Chow Kon Yeow, dan Asosiasi Konsumen Penang juga mengeluarkan seruan serupa. "Para peserta harus lebih hemat agar penggunaan kelapa mereka pada Thaipusam tidak memengaruhi keamanan pangan bagi masyarakat," kata Chow pada acara Tahun Baru Imlek sebuah kelompok kesejahteraan pada Jumat, 31 Januari 2025.

NV Subbarow, petugas pendidikan Asosiasi Konsumen Penang, juga mendesak peserta festival itu untuk memecahkan lebih sedikit kelapa karena berkurangnya pasokan kelapa mengakibatkan harga kelapa yang lebih mahal tahun ini.

"Banyak peserta, termasuk anggota komunitas Tionghoa, secara keliru menganggap semakin banyak kelapa yang mereka pecahkan, semakin banyak keberuntungan yang diberikan kepada mereka," katanya dalam sebuah pernyataan di situs web asosiasi.

 

Harga Kelapa Naik Lebih dari 50 Persen

Tandan buah segar di pabrik pengolahan kelapa sawit (Foto: PT Austindo Nusantara Jaya Tbk/ANJT)
Tandan buah segar di pabrik pengolahan kelapa sawit (Foto: PT Austindo Nusantara Jaya Tbk/ANJT)... Selengkapnya

"Kelapa Malaysia sekarang berharga hingga RM3,90 (sekitar Rp14ribuan) per buah, dari sebelumnya RM2,60 (Rp9500an)," kata Subarrow kepada New Straits Times pada Sabtu, 1 Februari 2025. Kelapa dari Indonesia berharga hingga RM3 per buah, katanya.

Kelangkaan kelapa telah menjadi berita utama di Malaysia karena permintaan yang lebih tinggi selama perayaan Tahun Baru Imlek dan Thaipusam, serta menjelang bulan puasa Ramadhan yang diperkirakan akan dimulai pada 28 Februari atau 1 Maret 2025. Menurut Subbarow, produsen di Perak melaporkan hasil panen kelapa yang lebih rendah sejak Mei tahun lalu karena pohon mereka menghasilkan lebih sedikit buah.

"Cuaca ekstrem diyakini menjadi penyebabnya," katanya.

Salah satu pemasok kelapa terbesar di Semenanjung Malaysia utara, Anba Coconut Trading, mengatakan hasil panen di perkebunan sewaan mereka telah turun 80 hingga 90 persen. Ada sekitar 420.000 pohon di perkebunannya.

"Dari 10.000 hingga 15.000 kelapa setiap dua hari sebelumnya, perusahaan sekarang mendapatkan 2.000 hingga 2.500 kelapa," kata pemilik Anba, P Sarasvathy, kepada kantor berita Bernama. 

"Pohon-pohon itu tampak sehat, namun hasil panennya menurun drastis. Saya mengalami kerugian karena ini belum pernah terjadi sebelumnya," sambungnya.

Rencana Mengimpor Kelapa dari Indonesia

Ilustrasi buah kelapa kuning
Ilustrasi buah kelapa kuning. (Photo by Zdeněk Macháček on Unsplash)... Selengkapnya

Pada bulan lalu, Kementerian Pertanian dan Keamanan Pangan Malaysia mengatakan bahwa mereka akan meningkatkan impor menjadi 500 ton kelapa per bulan mulai Februari 2025 dengan membeli lebih banyak kelapa matang dari Indonesia. "Impor dari Indonesia telah meningkat menjadi 320 ton pada Desember 2024, naik dari 180 ton sebelumnya," menurut laporan Malay Mail.

Namun, peningkatan permintaan kelapa telah menyebabkan kelangkaan dalam industri pengolahan kelapa di Indonesia sendiri. Pada Desember 2024, Asosiasi Industri Pengolahan Kelapa Indonesia meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan seperti pembatasan ekspor, kuota, atau subsidi untuk industri tersebut, menurut laporan situs berita the Jakarta Globe.

Asosiasi tersebut mengatakan para pengolah kelapa Indonesia beroperasi pada kapasitas 30 persen karena tingginya biaya bahan baku, dan harga kelapa di pasar lokal telah meningkat menjadi sekitar Rp15.000 (US$0,92) per buah, naik dari sebelumnya sekitar Rp6.000 per butir.

Meski begitu, belum ada laporan terbaru terkait kelangkaan buah kelapa di Indonesia. Presiden Prabowo Subianto justru menyoroti soal perkebunan kelapa sawit.

Tertibkan Lahan Kelapa Sawit

Pekerja di kebun kelapa sawit mengangkat TBS ke truk. (PT Austindo Nusantara Jaya Tbk/ANJT)
Pekerja di kebun kelapa sawit mengangkat TBS ke truk. (PT Austindo Nusantara Jaya Tbk/ANJT)... Selengkapnya

Dalam rapat terbatas dengan beberapa menteri Kabinet Merah Putih di rumah pribadinya di Hambalang, Kabupaten Bogor, pada Jumat, 31 Januari 2025, Prabowo membahas langkah-langkah strategis dalam pengelolaan lahan, terutama yang berkaitan dengan perkebunan sawit. Dalam rapat tersebut, sejumlah menteri dari Kabinet Merah Putih telah mengambil keputusan mengenai beberapa kebijakan yang akan segera diterapkan untuk memastikan bahwa pengelolaan lahan berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Salah satu keputusan penting yang dihasilkan adalah penetapan langkah-langkah penertiban yang akan dilakukan oleh Satuan Tugas (Satgas) Penataan Penggunaan Lahan dan Penataan Investasi. Satgas tersebut akan bertindak berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk memastikan kepatuhan terhadap norma yang mengatur pemanfaatan lahan.

Pemerintah juga akan menyesuaikan kebijakan terkait lahan-lahan yang telah digunakan untuk perkebunan sawit, dengan tetap mematuhi regulasi yang berlaku agar tercipta keseimbangan antara kepentingan lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam arahannya, Prabowo menekankan bahwa kebijakan yang berkaitan dengan sumber daya alam harus berfokus pada kepentingan nasional dan dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sesuai Pasal 33 UUD 1945.

infografis journal
infografis 10 Daerah Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Indonesia pada 2021. (Liputan6.com/Tri Yasni).... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya