Banyak Makan Sayur dan Buah Bikin Hidup Bahagia

Mengubah jumlah sajian buah dan sayuran menjadi delapan kali sehari terbukti membawa perubahan positif terhadap suasana hati jadi bahagia.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 13 Jul 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2016, 15:00 WIB
Ini Adalah Waktu Makan yang Tepat Untuk Anda
Seberapa sering Anda makan selama satu hari? Berikut adalah waktu makan yang tepat untuk Anda.

Liputan6.com, Jakarta Menerapkan pola makan sehat jelas berdampak positif bagi kesehatan Anda. Tak hanya membuat tubuh lebih sehat dan langsing, pola makan sehat pun ternyata meningkatkan kebahagiaan. Studi membuktikan bahwa hanya dengan mengubah sedikit kebiasaan makan sehat maka Anda akan menjadi lebih ceria dan bahagia.

Melansir laman Inc., Rabu (13/7/2016), mengubah jumlah sajian buah dan sayuran menjadi delapan kali sehari terbukti membawa perubahan positif terhadap suasana hati. Studi menemukan, semakin banyak Anda makan buah dan sayur, Anda akan semakin bahagia.

Peneliti mempelajari pola makan lebih dari 12 ribu orang dewasa di Australia selama beberapa tahun. Beberapa partisipan yang hampir tidak pernah sama sekali mengonsumsi sayur dan buah dibujuk untuk memakan delapan sajian buah dan sayur setiap hari.

Hasilnya cukup mengejutkan. Suasana hati para partisipan tersebut mengalami perubahan yang sangat baik. Mereka jadi lebih bahagia. Ibaratnya seperti karyawan yang berada pada titik nadir, stres, khawatir dan tidak bersemangat tiba-tiba kini mendapat kerja yang lebih baik dengan bayaran lebih tinggi, dan kondisi lainnya yang menggembirakan. Begitulah para peneliti menggambarkan dampak dari asupan sayur dan buah bagi individu yang sebelumnya menghindari hal itu.

Hasil temuan studi yang dilakukan peneliti dari University of Warwick di Inggris dan University of Queensland di Australian ini rencananya akan diterbitkan dalam American Journal of Public Health dalam waktu dekat.

"Kini ada bukti psikologi dari sayuran dan buah-buahan, (manfaatnya) bukan hanya mengurangi risiko kesehatan berpuluh tahun kemudian," ujar Redzo Mujcic, peneliti Australia yang juga salah satu pemimpin studi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya