Liputan6.com, Jakarta Para dokter memperingatkan bahaya lampu LED sebagai lampu jalan. Lampu Light-emitting diode (LED) memang biasa digunakan sebagai pengganti compact fluorescent lamps (CFLs) karena lebih efisien dan tahan lama serta menghasilkan cahaya lebih baik dibanding lampu pijar atau lainnya.
Keutamaan lain lampu LEDÂ adalah memancarkan lebih sedikit panas dibandingkan dengan lampu pijar dan CFL, yang melepaskan 90 persen dan 80 persen dari energi panas masing-masing.
Baca Juga
Selain itu, LED juga memancarkan cahaya ke arah tertentu sehingga membuat lampu ini sangat efisien dan mengurangi kebutuhan reflektor dan diffusers. Dan karena LED berisi campuran cahaya merah, hijau dan biru, yang biasanya dikombinasikan untuk membuat cahaya putih, maka cahayanya bisa lebih terang.
Advertisement
Sayangnya, lampu LEDÂ yang ada di jalan bisa memunculkan masalah kesehatan khususnya bagi para pengendara malam. Berikut alasannya, seperti dikutip Mercola, Selasa (26/7/2016):
- Lebih silau pada malam hari dari pencahayaan konvensional
- Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh pencahayaan intens yang menurunkan ketajaman visual dan keamanan, mengakibatkan gagal fokus dan menciptakan kecelakaan.
Selain itu LED juga memberikan dampak negatif pada kualitas tidur Anda, seperti:
- Mengurangi waktu tidur
- Ketidakpuasan dengan kualitas tidur
- Kantuk yang berlebihan
- Gangguan fungsi siang hari
- Obesitas
Lampu LED juga dapat menekan hormon melatonin yang biasanya aktif pukul 21.00-22.00 malam yang menandakan waktu tidur untuk kesehatan dan mencegah kanker. Hal ini pula yang membuat LED dapat berdampak meningkatkan risiko inflamasi, melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko terkena kanker.
Adapun cara untuk melindungi hormon melatonin, yaitu dengan:
- meredupkan cahaya LED, baik smartphone ataupun komputer/laptop mulai pukul 19.00 malam
- tidur dalam keadaan gelap, cahaya sedikitpun dapat mengganggu hormon melatonin.
- gunakan kacamata hitam saat mendekati cahaya LED
- gunakan jendela yang dapat menyerap cahaya.