Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan telah mengembangkan obat penghilang rasa sakit yang kuat mirip dengan morfin. Sebuah senyawa yang disebut PZM21 bisa menghilangkan rasa sakit.
Namun, senyawa ini tidak berefek samping seperti morfin, yang dapat membunuh jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Para ilmuwan juga percaya obat ini tidak mungkin adiktif-masalah utama terkait dengan morfin dan obat opioid lain seperti heroin.
Morfin adalah ekstrak alami dari opium poppy yang pertama kali diisolasi pada abad ke-19. Merevolusi pengobatan dan operasi dengan kemampuan luar biasa untuk menyembuhkan nyeri.
Advertisement
Tetapi obat tersebut harus diberikan dengan hati-hati, karena dapat dengan mudah membunuh dengan mengganggu pernapasan, dilansir laman Mirror, Kamis (18/8/2016).
Profesor Brian Shoichet, dari University of California, San Fransisco, yang ikut memimpin penelitian baru ini mengatakan, "Morfin berubah jadi obat. Ada begitu banyak prosedur medis yang bisa dilakukan sekarang karena kita tahu dapat mengontrol rasa sakit setelah itu. Tapi itu jelas berbahaya juga."
"Orang-orang telah mencari pengganti yang lebih aman untuk opioid standar selama beberapa dekade," lanjutnya.
Para ilmuwan internasional mengadopsi penemuan obat yang tidak biasa dengan menghindari metode trial-and-error normal. Mereka memulai dengan 'mu opioid reseptor', molekul sel otak di mana morfin beroperasi.
Molekul morfin pas reseptor seperti sebuah kunci dalam kunci tiga dimensi, memicu proses signaling yang menyebabkan efek riam. Untuk menemukan sebuah molekul yang terikat pada reseptor hanya dalam cara yang mereka inginkan, para peneliti menggunakan perangkat lunak komputer yang kuat. Hal itu untuk mensimulasikan konfigurasi yang berbeda dari jutaan calon obat.
Pada akhirnya, mereka memiliki daftar pendek dari 23 calon. Pemeriksaan lebih lanjut mengidentifikasi satu molekul sangat menjanjikan, yang potensi kimia kemudian dikuatkan 1000 kali lipat untuk menghasilkan PZM21.
Banyak pekerjaan yang diperlukan untuk mengkonfirmasi kalau obat tersebut aman pada manusia, dan benar-benar non-adiktif, kata para ilmuwan yang diterbitkan dalam jurnal Nature. Mereka juga mengklaim obat baru tersebut bisa menjadi pengalihan dalam manajemen nyeri, juga memberikan solusi untuk masalah utama kecanduan obat penghilang rasa sakit.