Liputan6.com, Jakarta Banyaknya beredar obat palsu di pasaran membahayakan bukan saja bagi masyarakat. Tapi bagian pelayanan seperti apotek, klinik, rumah sakit bahkan dokter pun akan berdampak besar, karena mereka bisa memberikan obat palsu tanpa disengaja.
Diakui Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M. Faqih, untuk mengetahui perbedaan obat palsu dan asli tidaklah mudah. “Kalau pengin tahu asli atau palsu ya obat harus di tes laboratorium, tapi untuk kami (bagian pelayanan) dan masyarakat yang berada di lapangan, hanya bisa melihat dari label, kemasan, dan bentuknya."
Sayangnya peredaran obat palsu yang sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu hingga kini belum juga teratasi, khususnya di bagian pengawasan saat produksi dan distribusi.
Advertisement
Mudahnya mendapat bahan-bahan baku membuat obat juga salah satu cara para produsen ilegal menyalahgunakan peredaran obat.
“Penindakan itu upaya terakhir, yang penting itu pengawasan. Soalnya di Indonesia sangat mudah dicapai bahan bakunya, sudah kayak bikin kue. Padahal ini bahan-bahan yang berbahaya yang akan membuat masalah kesehatan,” tambahnya, saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (10/9/2016).
Agar peredaran obat palsu bisa dihentikan, Daeng M. Faqih menganjurkan agar produsen dan distributor yang sudah ketahuan bersalah segera ditindaklanjuti, dan ditutup usahanya. Diyakini Daeng, bagian pelayanan dan masyarakat tak mungkin sengaja membeli dan menyediakan obat palsu.
"Logikanya, yang dihilir enggak mungkin dengan sengaja membeli obat palsu, karena ini akan mempertaruhkan reputasinya. Sedangkan untuk masyarakat, berarti mereka mempertaruhkan kesehatannya. Jadi semua masalah awal, harus benar-benar diperketat dan diawasi mulai dari hulu," tandasnya.