Tommy Page Meninggal, Apa Dampak Terhadap Anaknya?

Bila salah satu orangtua meninggal saat anak belum usia 18 tahun, risiko anak tersebut meninggal di usia muda lebih besar.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 05 Mar 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2017, 15:00 WIB
Penyanyi Tommy Page Meninggal Dunia di Usia 46 Tahun
Tommy Page saat menyanyi dalam acara Lexus Pop Up Seri Concert di Costa Mesa, California, AS (19/11/2014). Penyanyi yang ngetop dengan sejumlah hits di akhir tahun 1980-an ini dikabarkan meninggal dunia. (Araya Diaz/Getty Images for Pandora/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Penyanyi asal Amerika Serikat Tommy Page yang terkenal di era 90-an meninggal dunia. Belum diketahui pasti penyebab Tommy Page meninggal. Mengutip laman Billboard, beberapa teman menyebut pria yang pernah menyambangi Indonesia meninggal dengan cara bunuh diri.

Tak banyak yang diketahui tentang kehidupan pribadi pria yang gaya rambutnya pernah sangat populer di era 90-an ini. Namun kabarnya Tommy Page memiliki tiga orang anak adopsi. Kepergian pelantun lagu "I'll Be Your Everything" ini pastinya menyisakan luka mendalam bagi ketiga anak adopsinya.

Menurut studi yang melibatkan tujuh juta orang orang selama 42 tahun menemukan, anak yang kehilangan orangtua sebelum berusia 18 tahun cenderung 50 persen meninggal dalam rentang waktu studi tersebut dilakukan. Berbeda halnya ketika anak-anak tersebut meninggal saat sudah dewasa.

"Kematian salah satu orangtua saat anak-anak terkait dengan risiko kematian yang juga lebih cepat, tanpa memandang usia dan jenis kelamin anak," kata peneliti dalam studi di jurnal PLoS Medicine seperti mengutip LA Times, Minggu (5/3/2017).

Penyebab kematian pada anak yang ditinggalkan lebih cepat oleh salah satu orangtua ini terkait dengan beberapa penyakit. Seperti sistem pencernaan, peredaran darah, dan saraf. Anak-anak juga lebih mungkin meninggal karena bunuh diri atau menyakiti diri.

Bila orangtua meninggal karena bunuh diri, risiko anak tersebut meninggal karena hal yang sama pun makin besar. Hal ini hasil kesimpulan peneliti dari Aarhus University Denmark, Karolinska Institute Swedia dan National Institute for Health and Welfare Finlandia.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya