Bunuh Diri, Penyebab Kematian Terbesar Pria di Bawah 50 Tahun

Aksi menghabisi nyawa sendiri atau bunuh diri merupakan penyebab paling tinggi pria usia produktif di Inggris meninggal dunia.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 05 Mar 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2017, 16:00 WIB
Tommy Page
Tommy Page

Liputan6.com, Jakarta Penyanyi yang terkenal pada 90-an Tommy Page meninggal dunia karena diduga bunuh diri. Pihak berwajib masih mencari tahu penyebab kematian pelantun A Shoulder to Cry On ini.

Jika Tommy Page bunuh diri, menambah daftar figur publik yang meninggal karena tindakan itu.

Aksi menghabisi nyawa sendiri atau bunuh diri merupakan penyebab paling tinggi kematian pada pria usia produktif di Inggris. Angka kejadian bunuh diri pada usia 20-49 tahun melebihi kasus meninggal karena kecelakaan, kanker maupun penyakit jantung.

Berdasarkan data National Statistics Inggris, terjadi 11,6 kematian akibat bunuh diri per 100.000 penduduk Inggris di 2012. Pria cenderung melakukan bunuh diri dibanding wanita. Prevalensi pria bunuh diri ada 18,2 sementara wanita 'hanya' pada angka 5,2 per 100.000 penduduk. Rata-rata aksi ini dilakukan pria usia 40-44 tahun seperti mengutip nationalarchives.gov.uk, Minggu (5/3/2017).

Kecenderungan pria lakukan aksi bunuh diri terkait dengan budaya seperti diungkapkan pendiri Calm, the Campaign Against Living Miserably, Jane Powell. Selama ini kaum adam lekat dengan sosok kuat dalam menghadapi aneka hal, sehingga ketika mengalami depresi cenderung menyimpan rapat-rapat.

"Wanita sebenarnya yang lebih mungkin mengalami depresi, tapi mereka cenderung cepat mencari bantuan ketika merasa kesulitan. Hal yang tidak menyenangkan yakni pada pria. Ketika depresi terjadi, ada stereotipe maskulinitas," kata Powell.

Pendapat yang sama dipaparkan peneliti bidang kesehatan mental, Laurie Penny. Banyak pandangan yang membuat pria malu mencari bantuan ketika depresi. "Meminta bantuan dipandang sebagai penghinaan terhadap maskulinitas. Sehingga pria malu bertanya untuk mencari bantuan atau membicarakan perasaannya" katanya.

Untuk mencegah aksi bunuh diri, berani berbicara mengenai perasaan saat depresi atau stres melanda itu perlu. Tak perlu takut akan stigma maskulinitas. Dengan berani mencari bantuan, jiwanya pun tertolong dan terhindar dari kematian akibat bunuh diri. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya