Mancung atau Pesek? Ternyata Iklim Ikut Tentukan Bentuk Hidung

Sejak lama para peneliti menduga bahwa evolusi bentuk hidung sebagiannya turut ditentukan oleh kondisi iklim lokal.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 30 Mar 2017, 16:30 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2017, 16:30 WIB
Hidung
Sekelompok peneliti di Pennsylvania State University sudah menemukan lebih banyak bukti hubungan antara bentuk hidung yang kita miliki sekarang dengan iklim tempat nenek moyang kita pernah tinggal.

Liputan6.com, Jakarta Pernah merasa hidung Anda kurang mancung? Atau bertanya-tanya kenapa orang-orang bule hidungnya mancung-mancung sementara orang dari belahan negara lainnya berhidung bulat dan besar?

Sejak lama para peneliti menduga bahwa evolusi bentuk hidung sebagiannya turut ditentukan oleh kondisi iklim lokal. Sekelompok peneliti di Pennsylvania State University sudah menemukan lebih banyak bukti hubungan antara bentuk hidung yang kita miliki sekarang dengan iklim tempat nenek moyang kita pernah tinggal.

Melansir laman NY Times, dalam studi yang diterbitkan PLOS Genetics, peneliti menemukan bahwa luas lubang hidung antara populasi tempat berbeda dan populasi lainnya di seluruh penjuru dunia. Semakin tinggi temperatur dan kelembapan suatu daerah akan semakin besar lubang hidung penduduknya. Ini membuktikan dugaan para peneliti bahwa iklim berperan penting dalam membentuk indra penciuman.

Anggota tubuh yang kerap bersentuhan langsung dengan lingkungan sekeliling seringkali mengalami seleksi alam dan berevolusi cepat. Hal ini dijelaskan oleh peneliti postdoctoral bidang genetika di Penn State, Arslan Zaidi, sekaligus yang bertindak sebagai penulis hasil penelitian.

Untuk penelitian tersebut, Dr Zaidi dan semua rekannya mengukur tujuh bentuk hidung, lengkap dengan tinggi hidung, tulang hidung, serta lebar lubang hidung. Mereka juga meneliti kondisi pigmentasi kulit serta berat badan keseluruhan pria dan wanita yang jadi responden. Orang-orang tersebut berasal dari Afika Barat, Asia Timur, Eropa Utara, serta Asia Selatan. Masing-masing grup setidaknya terdiri dari 40 partisipan.

Individu yang orangtua serta nenek moyangnya berasal dari negara beriklim hangat, lembap cenderung memiliki lubang hidung besar. Sementara mereka yang nenek moyang berasal dari daerah beriklim dingin, kering cenderung punya lubang hidung yang lebih sempit. Peneliti menemukan, keterkaitan antara ukuran lubang hidung dan iklim tampak nyata pada individu dari Eropa Utara. Ini artinya iklim dingin dan kering kemungkinan besar menyebabkan lubang hidung penduduknya lebih sempit.

Dr Zaidi dan rekan-rekannya juga mengungkap bahwa lubang hidung merupakan faktor keturunan. Mereka menunjukkan hubungan antara gen yang diwarisi dengan kemiripan bentuk hidung pada grup lebih besar yang tak ada hubungan keluarga.

Meski memiliki keterkaitan antara bentuk lubang hidung dengan iklim, Dr Zaidi menambahkan, keterkaitan erat antara iklim dan bagian tubuh lebih nyata terhadap pigmentasi kulit.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya