6 Alasan Urine Lebih Bau dari Biasanya

Ada beberapa hal yang bisa membuat bau urine berubah, mulai dari makanan sampai penyakit menular seksual.

oleh Nilam Suri diperbarui 29 Mei 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2017, 12:30 WIB
urine bau
Ada beberapa hal yang bisa membuat bau urine berubah, mulai dari makanan sampai penyakit menular seksual.

Liputan6.com, Jakarta Ketika buang air, warna urine yang harusnya terlihat adalah kuning pucat. Warna ini berarti tubuh berada dalam kondisi yang sehat dan terhidrasi.

Lantas bagaimana dengan bau urine? Biasanya, bau urine jarang dipermasalahkan, karena samar dan segera hilang setelah disiram. Namun, bagaimana jika tiba-tiba tercium bau lain yang lebih menyengat.

Normalnya, urine berbau sedikit seperti amonia, atau malah tidak tercium sama sekali. Namun beberapa kondisi bisa membuat urine jadi berbau menyengat. Melansir Men's Health, Senin (29/5/2017), ketahui penyebab bau urine berubah:

1. Dehidrasi

Tidak minum cukup air bisa membuat urine jadi berwarna lebih kuning, dan lebih bau.

Ketika tubuh mengurai protein yang dikonsumsi, suatu senyawa tak berwarna bernama urea akan terbentuk, yang kemudian akan diekskresi melalui urine, ujar urolog Mehran Movassaghi, M.D., dari Movassaghi Urology di Santa Monica, Kalifornia.

Air akan mengencerkan urea, jadi ketika tubuh tidak dapat cukup asupan air, urine akan mengandung lebih banyak konsentrat urea, membuatnya jadi lebih kuning dan berbau lebih tajam. Jika terhidrasi, urine akan berwarna lebih pucat dan lebih tak berbau.

2. Makanan

Asparagus adalah salah satu makanan yang bisa bikin urine jadi berbau berbeda, tapi tak semua orang yang makan sayuran ini menyadarinya.

Makanan yang bisa membuat bau urine berbeda bukan hanya asparagus. Bawang putih dan diet tinggi protein juga bisa mengubah bau urine. Begitu juga dengan brussel sprout dan kari.

3. Kopi ekstra

urine bau
Minum kopi juga bisa pengaruhi bau urine

Biji kopi mengandung senyawa bernama caffeol, yang dilepaskan saat kopi dijerang. Merekalah yang memberi kopi aroma wangi yang khas.

Namun senyawa ini tak bisa terurai dengan air, sehingga tetap utuh saat ia masuk ke dalam sistem tubuh dan keluar bersama urine.

Jadi jika seseorang minum kopi--dan kurang minum air putih--caffeol akan jadi lebih kental, ujar urolog S. Adam Ramin, M.D., dari Urology Cancer Specialist di Los Angeles. Hal ini bisa membuat urine jadi sedikit berbau kopi.

Baunya akan jadi lebih buruk saat tubuh dehidrasi, karena urine juga akan mengandung konsentrat urea.

4. Infeksi Saluran Kemih

Ketika ada infeksi terjadi di saluran kemih, bakteri bisa mengubah warna dan bau dari urine, ujar Dr. Movassaghi.

Biasanya, akan tercium bau amonia yang kuat, atau bisa jadi sedikit manis. Dalam kasus ISK, urine biasnya jadi berwarna lebih keruh atau berdarah.

Karena infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, mengonsumsi antibiotik yang diresepkan dokter bisa membersihkannya. Begitu juga dengan bau dan warna urine, semuanya akan kembali normal. Walau saat mengonsumsi antiobiotik bau urine juga akan jadi berbeda.

5. Suplemen atau obat

urine bau
Obat dan suplemen juga bisa pengaruhi bau urine.

Beberapa vitamin, obat-obatan, dan suplemen mengandung bahan yang bisa mengubah bau urine, dan terkadang warnanya juga. Semua orang yang mengonsumsi multivitamin--terutama yang mengandung vitamin B--akan berkemih dengan urine yang berwarna kuning neon.

Obat-obatan seperti antiobiotik juga bisa membuat urine jadi bau, karena penisilin di dalamnya dibuat dari lumut. Hal ini bisa membuat urine jadi berbau sedikit seperti jamur atau lumut, namun akan kembali normal begitu berhenti mengonsumsi antibiotik.

6. Penyakit menular seksual

Beberapa penyakit menular seksual (PMS) bisa membuat urine jadi berbau sangat busuk, ujar Dr. Movassaghi. Di antaranya trichomoniasis, klamidia, dan gonore.

Perubahan terjadi karaena organisme yang bertanggungjawab atas penyakit ini memicu produksi amonia lebih banyak. Tubuh kemudian berusaha mengeluarkannya melalui sistem urinari.

Urine yang bau menandakan kemungkinan besar Anda terkena trichomoniasis, ujar Dr. Movassaghi, karena PMS ini tidak memiliki simtom lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya