Hipnoterapi: Takut Gendut, Gagal Hamil

Untuk kesekian kali hipnoterapis Widya Saraswati berjumpa dengan klien yang tak kunjung hamil karena tetap ingin langsing.

oleh Widya Saraswati diperbarui 06 Okt 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2017, 13:30 WIB
Ular Tes Kehamilan
Ada kalanya seseorang gagal hamil karena ada program di pikiran bawah sadar yang tidak sejalan atau tidak mendukung rencana pikiran sadar. (foto: Caters News)

Liputan6.com, Jakarta Untuk kesekian kali saya berjumpa dengan klien hipnoterapi yang tak kunjung hamil. Mereka sudah menikah beberapa tahun, sangat menginginkan segera mendapat momongan, tapi tak kunjung hamil meskipun tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Beberapa sudah menjalani program inseminasi, ada pasangan dokter yang sudah empat kali inseminasi, beberapa sudah inseminasi lanjut program bayi tabung, ada pula yang sudah dua kali program bayi tabung akan ketiga kali; macam-macam.

Pendek kata, semua usaha telah mereka lakukan secara medis dan non-medis, termasuk mengunjungi praktisi di bidang supranatural. Nyatanya kehamilan belum terjadi.

Dalam kondisi seperti itulah mereka disarankan bertemu hipnoterapis, untuk mengecek apakah ada masalah di pikiran bawah sadar. Salah satunya adalah Ruth, sebutlah begitu namanya. Wanita berusia 29 tahun ini sudah pernah inseminasi dan memasuki program kedua bayi tabung. Dia cantik, dandanannya apik, dan tampak mahal.

“Saya ingin sekali punya anak, apalagi suami saya,” ujar Ruth yang bertemu saya atas saran ibu kandung dan ibu mertuanya.

Usai mendengar uraian Ruth tentang upayanya hamil berikut kondisi kesehatan dia dan suaminya, saya jelaskan bahwa ada kalanya seseorang gagal hamil karena ada program di pikiran bawah sadar yang tidak sejalan atau tidak mendukung rencana pikiran sadar. Secara sadar suami isteri menginginkan dan berusaha punya anak, bahkan mengeluarkan biaya yang sangat mahal.

Ibaratnya, apa pun dilakukan supaya bisa punya anak. Tanpa disadari pikiran bawah sadar berkata lain: menolak, mencegah, menghambat, menghalangi, menggagalkan rencana pikiran sadar itu. Ada bagian diri (ego personality – semacam folder pada komputer) yang punya pendapat berbeda, yaitu tidak menginginkan terjadinya kehamilan karena suatu alasan tertentu.

Ada yang karena belum siap secara mental, belum siap secara finansial, ada yang sedang fokus mengejar karier, ada yang trauma pengalaman buruk orangtua dalam mendidik anak, dan lain sebagainya. Termasuk ada yang bawah sadarnya takut nanti anaknya lahir cacat, takut anaknya berkulit hitam, bahkan takut anaknya nanti tidak lucu-menggemaskan sehingga kalah menarik dibanding anak kakaknya.

Dengan persepsinya sendiri, biasanya bawah sadar bermaksud baik mengapa tidak mendukung terjadinya kehamilan (menghamili maupun dihamili). Dan perlu diingat bahwa kekuatan pikiran bawah sadar adalah 9x lipat pikiran sadar. Maka program pikiran bawah sadarlah yang memenangkan perbedaan pendapat itu. 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

 

Penting Langsing

Di kursi terapi, setelah masuk ke kondisi rileksasi yang sangat dalam, saya mengecek ulang apakah benar Ruth ingin hamil dan punya anak. Ternyata benar. Di sisi lain, benar pula bahwa ada bagian diri Ruth yang tidak setuju untuk hamil. Mengapa?

“Kalau hamil jadi gendut,” kata bagian dirinya.

Saya jelaskan bahwa hamil tidak harus menjadi gendut, wanita hamil bisa tetap langsing, hanya perutnya saja yang membesar sesuai usia janin.

“Tapi berat badan bertambah,” kilahnya. Dia masih dengan keras kepala menolak hamil karena takut gendut dan takut bentuk badan menjadi jelek.

Saya jelaskan lagi bagi wanita hamil itu justru terlihat lebih cantik dan sexy, bahkan bisa tampil modis.

“Tetap saja perut kelihatan gendut, merusak penampilan,” katanya.

Ketika saya tanya, mana lebih penting: punya anak atau langsing, jawab bagian diri ini mantab dan tegas: “Langsing!”.

Begitu pentingnya memiliki tubuh langsing ini baginya. Wajar bila proses inseminasi dan bayi tabung pun gagal, telur sehat yang telah dibuahi lepas kembali.

Singkat kata, setelah memakan waktu cukup panjang untuk mengedukasi bagian diri yang menolak hamil ini, akhirnya dicapai kesepakatan bahwa Ruth akan hamil dengan pertambahan berat badan wajar, dan pipi, betis serta lengan tetap ramping sehingga usai melahirkan berat badan segera kembali normal. Dengan demikian dia segera dapat memakai pakaian yang menonjolkan kerampingan tubuhnya. Demikianlah kenyataannya.

Catatan

Apa pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman Ruth?

1. Bila pasangan suami isteri oleh dokter dinyatakan subur kedua-duanya, hubungan intim dilakukan secara rutin tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tapi tidak terjadi kehamilan maka Anda boleh curiga ada persoalan di pikiran bawah sadar.

Bisa karena program pikiran tertentu seperti dialami Ruth, bisa juga karena perasaan atau emosi tertentu misalnya takut anak cacat, merasa tidak sanggup menjadi ayah, khawatir tidak bisa menghidupi karena ekonomi belum stabil, dan lain-lain.

2. Pikiran yang disertai intensitas emosi tinggi memiliki kekuatan yang luar biasa.

Sayangnya hal itu tidak disadari. Bila Anda memang menginginkan punya anak, sebelum melakukan treatment secara medis ada baiknya lebih dulu mengunjungi hipnoterapis, untuk mengecek apakah seluruh bagian diri Anda siap untuk punya anak. Anda akan lebih hemat.

3. Wanita hamil tidak harus gendut.

Pertambahan berat badan ibu hamil cukup 12-14 kg saja secara bertahap. Untuk bayi 3 – 3,6 kg, plasenta 0,7 kg, air ketuban 1 kg, payudara 1 kg, rahim 1 kg, volume darah naik 1,4 – 1,8 kg, volume cairan naik 1,4 - 1,8 kg, cadangan lemak 2,7 – 3,6 kg.

Artinya, bila berat badan naik lebih dari 15 kg, yang bersangkutan kelewat banyak makan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya