Makan Terlalu Cepat Bikin Badan Gemuk atau Sebaliknya?

Penelitian terbaru mengungkapkan efek makan terlalu cepat. Efek ini berpengaruh pada berat badan dan kesehatan, seperti apa?

oleh Umi Septia diperbarui 16 Nov 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2017, 12:30 WIB
kunyah-makanan-130716b.jpg
Ilustrasi mengunyah makanan. Sumber : iStockphoto

Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru mengungkapkan, makan terlalu cepat dapat membuat berat badan seseorang lebih mudah naik. Selain itu, hal ini juga membuat seseorang mudah mengalami kegemukan dan mengalami sindrom metabolik.

Hal ini terjadi karena makan terlalu cepat dapat menyebabkan fluktuasi gula darah yang dapat menyebabkan resistensi insulin, seperti dikutip dari laman Independent, Kamis (16/11/2017).

Sindrom metabolik adalah kombinasi dari kelainan yang melipatgandakan risiko seseorang terkena penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

Ini terjadi ketika seseorang memiliki tiga faktor risiko yang meliputi obesitas perut, gula darah tinggi, tekanan darah tinggi dan trigliserida tinggi.

Menurut penelitian yang dipresentasikan pada American Scientific Sessions 2017, makan lebih lambat bisa menjadi kunci untuk menjaga kesehatan dan tubuh Anda tetap terkendali. Selain itu, mengunyah makanan sebanyak 30 kali dapat membuat makanan benar-benar hancur dan lebih mudah dicerna tubuh.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

Penelitian

Sebuah tim dari Universitas Hiroshima di Jepang meneliti 642 pria dan 441 wanita dengan usia rata-rata 51 tahun yang tidak memiliki sindrom metabolik pada 2008.

Para peserta dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan bagaimana mereka menggambarkan kecepatan makan mereka, yakni lambat, normal, atau cepat.

Lima tahun kemudian, para peneliti mengevaluasi partisipan. Mereka menemukan bahwa partisipan yang makan dengan cepat berisiko 11,6 persen terkena sindrom metabolik. Hal ini jauh lebih tinggi dibanding partisipan yang makan dengan waktu normal, yaitu risiko sebesar 6,5 persen. Sementara itu, partisipan yang makan dengan lambat berisiko paling rendah, yakni 2,3 persen.

Selain itu, makan terlalu cepat juga dikaitkan dengan penambahan berat badan lebih banyak, lingkar pinggang lebih besar dan glukosa darah yang lebih tinggi.

Padahal, jika seseorang mengunyah makanan secara perlahan dan jumlah kunyahan sesuai anjuran, hal ini memungkinkan otak menerima sinyal kepenuhan yang membuat Anda cenderung berhenti makan lebih awal. 

"Makan dengan perlahan dan tidak tergesa-gesa dapat membantu mencegah sindrom metabolik," kata Takayuki Yamaji, MD, penulis studi dan ahli jantung di Universitas Hiroshima di Jepang.

Dia menjelaskan, saat orang makan dengan cepat, orang tersebut cenderung tidak merasa kenyang dan makan berlebihan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya