Dianggap Sehat, Minyak Kelapa Ternyata Picu Penyakit Ini

Sebuah penelitian mengungkapkan minyak kelapa meningkatkan LDL atau kolesterol 'buruk'.

oleh Melly Febrida diperbarui 20 Nov 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2017, 18:00 WIB
Minyak Kelapa
Ilustrasi Foto Minyak Kelapa

Liputan6.com, Jakarta Minyak kelapa sebenarnya sehat tidak? Ternyata sebuah penelitian mengungkapkan minyak kelapa meningkatkan LDL atau kolesterol "buruk".

American Heart Association baru merilis laporan yang menyarankan agar tidak menggunakan minyak kelapa.

"Karena minyak kelapa meningkatkan kolesterol LDL, penyebab penyakit CVD [kardiovaskular], dan tidak diketahui efek penyeimbang yang menguntungkan, kami menyarankan agar tidak menggunakan minyak kelapa," tulis American Heart Association mengatakan dalam nasihat Dietary Fats and Cardiovascular Disease, seperti dilansir USAToday.

The Dietary Fats and Cardiovascular Disease meninjau data mengenai lemak jenuh. Dan minyak kelapa meningkatkan kolesterol jahat di tujuh percobaan terkontrol.

Periset tidak melihat perbedaan antara minyak kelapa dan minyak lainnya yang tinggi lemak jenuh.

 

 

Dianggap sehat, ternyata tidak

Sebut saja mentega, lemak sapi, dan minyak sawit. Faktanya, 82 persen lemak dalam minyak kelapa itu jenuh, jauh melampaui mentega (63%), lemak daging sapi (50%), dan babi (39%).

Frank Sacks, penulis utama laporan tersebut, mengatakan dia tidak tahu mengapa orang menganggap minyak kelapa sehat. Padahal, hampir 100 persen lemak.

"Anda bisa memberikannya ke tubuh Anda, tapi jangan memasukkannya ke dalam tubuh Anda," kata Sacks.

Sebelumnya, memang ada penelitian yang menghubungkan minyak kelapa dengan penurunan berat badan.

"Alasan minyak kelapa sangat populer untuk penurunan berat badan disebabkan penelitian saya tentang trigliserida rantai menengah (medium-chain triglycerides/MCT)," ujar Marie-Pierre St-Onge, profesor ilmu gizi di Columbia University Medical Center, mengatakan kepada TIME pada bulan April.

Penelitiannya menunjukkan minyak kelapa memiliki proporsi yang lebih tinggi dari trigliserida rantai menengah dibandingkan kebanyakan lemak atau minyak lainnya.

"Dan penelitian saya menunjukkan makan trigliserida rantai menengah dapat meningkatkan laju metabolisme lebih banyak daripada mengonsumsi trigliserida rantai panjang."

Masalahnya, penelitian St-Onge menggunakan "minyak perancang" yang dikemas dengan 100 persen MCT. Minyak kelapa tradisional hanya mengandung sekitar 13 sampai 15 persen MCT.

Studi lain yang dia publikasikan menunjukkan dosis MCT yang lebih kecil tidak membantu penurunan berat badan pada remaja yang kelebihan berat badan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya