Tak Lama Lagi, Ada Vaksin Baru Tuberkulosis yang Lebih Efektif

Para ilmuwan telah mengembangkan vaksin baru yang lebih efektif melawan tuberkulosis.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 28 Nov 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2017, 18:00 WIB
Benarkah Remaja Lebih Rentan Terkena Tuberkulosis?
Benarkah Remaja Lebih Rentan Terkena Tuberkulosis?

Liputan6.com, Jakarta Vaksin untuk mencegah tuberkulosis (TB) telah diberikan pada anak-anak dengan nama BCG (Bacille Calmette Guerin). Vaksin hidup ini bisa mengurangi risiko TB hingga 50 persen. Namun, perlindungannya hanya berlangsung hingga 10 tahun.

Untuk itu, peneliti tidak tinggal diam. Seperti dilansir Boldsky, para ilmuwan tengah mengembangkan vaksin baru yang lebih efektif guna melawan tuberkulosis.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Penderitanya bisa menularkan pada orang lain melalui batuk, bersin, atau meludah.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, diperkirakan ada sekitar 9 juta kasus baru pada tahun 2013 dan 1,5 juta kematian. Lebih dari 90 persen kasus tuberkulosis terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia.

 

Simak video menarik berikut ini:

Pengembangan vaksin 20 tahun

"Selama ini vaksin BCG tidak bisa mencegah seseorang terinfeksi TB, tetapi hanya mencegah perkembangan penyakitnya. Sementara vaksin ini merupakan hasil kolaborasi yang sangat menarik antara ahli kimia organik dan ahli imunologi yang dapat memberikan perlindungan dari TB," tulis studi yang dipublikasikan di jurnal PNAS.

Menurut peneliti, upaya pengembangan vaksin ini telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun. Upaya terbaru berfokus pada respons sel T manusia--sejenis sel darah putih yang bisa melawan infeksi terhadap fragmen protein yang ditemukan di Mycobacterium tuberculosis (Mtb), bakteri penyebab TB.

Dalam penelitiannya, para periset dari Universitas Southampton dan Bangor di Inggris ini menemukan, lipid tertentu yang disebut asam mycolic (zat lemak penting untuk struktur sel yang ditemukan melimpah di Mtb) ternyata dapat memicu respons kekebalan.

Studi tersebut selanjutnya menunjukkan bahwa geometri, susunan kimia dan pergerakan 'lipid' asam folat saat disematkan pada jenis protein manusia yang disebut CD1b menentukan respons sel T yang tidak biasa.

"Ini adalah penemuan yang menarik yang potensial untuk pasien TB. Temuan ini juga mendorong kemajuan dalam pengembangan vaksin melalui komponen lipid vaksin TB di masa mendatang," kata Salah Mansour, dari University of Southampton. 

Vaksin sebelumnya tak efektif?

Meski sudah sejak tahun 1960 vaksin BCG pencegah Tuberkulosis (TB) sudah lama digunakan, namun efektivitasnya dinilai tidak lagi maksimal dan optimal.

"Karena sejumlah alasan dan penelitian, vaksin ini masih direkomendasikan untuk digunakan," kata Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Persahabatan, DR. Dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K) dalam diskusi bertajuk Indonesia Bebas TB: Inovasi Dalam Pengobatan Multi Drug Resistant TB beberapa waktu lalu.

Vaksin BCG, menurut Erlina masih tetap digunakan karena sejumlah alasan. Pertama, karena BCG bisa melindungi anak hingga 10 tahun. Kedua, vaksin ini berhasil membentengi seseorang dari infeksi bakteri 'Mycobacterium tuberculosis' penyebab TB.

"Untuk itu, WHO melakukan penelitian dengan jumlah responden yang lebih besar. Hasilnya, WHO masih merekomendasikan vaksin BCG sebagai salah satu langkah pencegahan TB," katanya.

Hingga saat ini, ilmuwan masih terus mengembangkan vaksin TB baru. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya