Liputan6.com, Jakarta Bagi pasien yang diduga atau positif difteri, pengobatan dan perawatan intensif sangat dibutuhkan. Untuk pasien yang diduga difteri, pemberian antibiotik dapat meredakan gejala difteri, seperti pseudomembran atau selaput keabu-abuan di pangkal tenggorokan maupun demam yang tidak tinggi sekitar 38 derajat.
Baca Juga
Advertisement
Anti difteri serum (ADS) diberikan pada pasien yang sudah positif difteri. Setelah sembuh, pasien pun tetap diberikan vaksin difteri.
"Setelah sembuh, pasien tetap harus diberi vaksin. Kapan waktunya ya tidak bisa dipastikan. Yang pasti pasien harus sembuh total dulu. Baru boleh disuntik vaksin," kata Ahli Imunologi, Iris Rengganis dari Divisi Alergi dan Imunologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditulis Senin (1/1/2018).
Ditemui saat acara Seminar Awam "Mengenal Lebih Dekat Penyakit Difteri" di Gedung IMERI-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Iris menambahkan, vaksin difteri memberikan kekebalan tubuh seseorang dari serangan bakteri difteri. Seseorang tidak mudah tertular difteri.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Jaga tubuh tetap sehat
Vaksin difteri juga menjaga tubuh tetap sehat. Kekebalan tubuh yang terbentuk juga membutuhkan bantuan vaksin. "Tidak ada antibodi yang abadi. Jadi, tubuh tetap butuh vaksin," ujar Iris.
Jenis vaksin difteri berupa DPT-Hb-Hib (usia di bawah 1 tahun dan sampai anak usia 5 tahun), DT (5-7 tahun), dan Td (di atas 7 tahun dan dewasa di atas 19 tahun).
Selain vaksin, untuk mencegah penularan difteri, Anda juga perlu masker dan hindari terlalu dekat dengan pasien yang tertular difteri. Jarak aman agar tidak tertular difteri, lebih dari 1,5 meter.
Advertisement