Tahun 2045, Manusia Bisa Menikah dengan Robot

Setelah bercinta dengan robot, manusia akan bisa menikahi robot di tahun 2045?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Mei 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2018, 08:00 WIB
Robot
Robot Sophia layaknya manusia hidup dan bisa ngobrol dengan manusia. (AP/New York Post)

Liputan6.com, Jakarta Berkembangnya teknologi memungkinkan manusia untuk berinteraksi lebih jauh dengan kecerdasan buatan seperti robot. Namun, bagaimana seandainya di masa depan, umat manusia bisa menikah dengan robot?

Melansir New York Post pada Sabtu (26/5/2018), seorang pembuat robot terkenal mempercayai hal ini. Bahwa hanya beberapa dekade lagi sebelum manusia bisa menikahi robot.

David Hanson, pencipta robot Sophia yang mirip denan manusia, mengungkapkan visinya tentang masa depan android dalam makalah penelitian terbarunya.

Di tahun 2018, sudah banyak manusia yang berhubungan seks dengan robot. Hanson percaya bahwa di masa depan mereka akan bisa menjalin hubungan romantis pada tahun 2045.

Hanson mengatakan, hal itu merupakan hak untuk menikah, memiliki tanah, dan memilih dalam pemilihan umum. Makalah Hanson sendiri berjudul "Entering the Age of Living Intelligent Systems and Android Society" yang dirilis bekerjsasama dengan Playstation untuk promosi gim "Detroit: Become Human".

Gim sains fiksi tersebut menceritakan tentang android yang berjuang dengan perasaan mereka di dunia manusia. Sekalipun terdengar sangat "dramatis" Hanson mengatakan hal tersebut tidak akan jauh terjadi di masa depan.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Hak Robot di Masa Depan

Yuk berkenalan dengan Sophia, robot tak berhijab berwarganegara Arab Saudi.
Yuk berkenalan dengan Sophia, robot tak berhijab berwarganegara Arab Saudi. (foto: Riyadh, Arab Saudi -AFP)

Hanson sendiri berharap bahwa di tahun 2035, robot akan bisa melampaui hampir semua yang bisa dilakukan manusia.

Dia juga mengatakan bahwa manusia akan mencoba untuk memperlakukan robot seperti warga kelas dua, sekalipun mereka secerdas kita.

"Para pembuat undang-undang dan perusahaan dalam waktu dekat akan mencoba penindasan hukum dan etika kematangan emosi mesin, sehingga orang dapat merasa aman," ujar Hanson.

"Sementara itu, kecerdasan buatan tidak akan diam," tambahnya.

"Karena tuntutan masyarakat untuk mesin yang lebih cerdas, secara umum akan mendorong kompleksitas kecerdasan buatan ke depan. Ini akan memunculkan titik kritis di mana robot akan terbangun dan menuntut hak mereka untuk ada, untuk hidup bebas."

Hanson sendiri terkenal karena ciptaannya, Sophia. Sebuah robot yang menyerupai manusia. Dia bisa bicara dengan orang lain, hingga memberikan pandangan tentang masa depan umat manusia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya