Liputan6.com, Jakarta Perilaku orangtua yang merokok dapat menyebabkan anak yang dilahirkan stunting alias pendek. Keterkaitan merokok dan stunting tidak hanya karena asupan makanan yang kurang bergizi sejak anak dalam kandungan hingga lahir, tetapi juga saat si kecil sudah tumbuh, dan berkembang.
Baca Juga
Kepala Departemen Ilmu Ekonomi FEB Universitas Indonesia, Teguh Dartanto mengatakan, gaya hidup orangtua perokok terbukti menurunkan pembelian asupan makanan bergizi pada anak. Fenomena ini lebih banyak terjadi pada keluarga miskin.
Advertisement
"Rokok itu bersifat adiktif, yang membuat kecanduan. Sebagian pengeluaran rumah tangga ternyata buat beli rokok. Ada pengurangan kebutuhan membeli asupan makanan bergizi, seperti karbohidrat dan protein," kata Teguh saat mempresentasikan hasil penelitian terkait "Rokok, Stunting, dan Kemiskinan" di Four Points by Sheraton, Jakarta, pada Senin (25/6/2018).
Hasil penelitian tersebut dilakukan Tim Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI). Tim membuktikan efek konsumsi rokok terhadap kemiskinan dan kejadian stunting di Indonesia.
Penelitian menganalisis data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007-2014. Efek merokok pada anak yang menyebabkan stunting terlihat pada berat dan tinggi badan anak yang lebih rendah.
Menurunkan produktivitas
Dari hasil penelitian diketahui, kebutuhan orangtua untuk membeli rokok yang meningkat tak hanya memengaruhi anak menjadi stunting, melainkan juga menurunkan produktivitas.
"Contoh kasusnya adalah salah satu keluarga pemulung yang kami teliti. Produktivitas pemulung (suami) semakin rendah. Ini karena dia merokok," jelas Teguh.
Produktivitas untuk bekerja pun menurun. Pada akhirnya, merokok memicu rasa malas untuk bekerja.
Advertisement