Liputan6.com, Jakarta Brayen terlihat sering menyendiri di saat para calon Paskibraka 2018 yang lain saling bercengkrama.
Tidak ada yang tahu alasan wakil Nusa Tenggara Timur (NTT) ini lebih senang duduk sendiri. Dua orang Paskibraka yang lain, Sang Putu Hendra Aditya Jyoti dari Bali dan Zefanya Otniel Frans Rompis dari Sulawesi Utara, mengungkapkan, selalu gagal mengajak Brayen melebur bersama mereka.
Baca Juga
"Sudah sering kami ajak, tapi dia tak pernah mau. Kami ajak mengobrol, mukanya selalu datar," kata Putu kepada Diary Paskibraka.
Advertisement
Dalam sebuah kesempatan, Diary Paskibraka berhasil mengajak Brayen bicara. Tim melontarkan sebuah pertanyaan, mengenai sikap dinginnya selama beberapa hari di asrama Diklat Paskibraka 2018.
Dari pengakuannya, hatinya saat ini hancur lantaran sang adik baru saja pulang ke pangkuan-Nya. Bocah berumur dua tahun itu meninggal dunia secara mendadak dua hari sebelum Brayen terbang ke Jakarta.
"Saya berangkat tanggal 23, dia meninggal tanggal 21. Mendadak. Itu juga yang membuat saya jadi tidak fokus," kata Brayen kepada Diary Paskibraka.
Alasan lain yang keluar dari mulutnya, karena Brayen butuh adaptasi agak lama untuk menyerap semua ilmu mengenai peraturan baris berbaris (PBB) dari pelatih.
"Saya tidak pernah berlatih di Kabupaten," kata calon Paskibraka 2018 yang merupakan siswa SMAN 1 Sabu Barat, NTT.
Masih menurut pengakuannya, terpilihnya dia sebagai calon Paskibraka tingkat nasional lantaran menggantikan posisi temannya.
"Saya mengikuti seleksi di Kabupaten. Saya kalah di PBB sama saya punya kawan. Saya bisa tarian dan lagu daerah tapi kawan saya tidak bisa. Jadi saya yang dipilih," katanya menggunakan bahasa NTT dengan sedikit terbata-bata.
Pada akhirnya, Brayen pun harus belajar PBB seorang diri di rumah di sela-sela waktu belajar. Namun, belum reda masalah yang tengah dia hadapi, kabar duka malah datang di detik-detik keberangkatannya ke Jakarta.
"Sedih sih sedih tapi saya tetap harus ke sini," katanya.
Brayen mengaku tidak mau menyiakan kesempatan yang datang kepadanya. Terlebih pula, dia bertekad menjadi seorang polisi seperti pamannya.
"Suatu hari saya tinggal dengan om saya. Dia setiap pagi, saya lihat pakai pakaian polisi. Saya jadi tertarik dengan dia punya pakaian. Lalu saya bilang saya pengin jadi polisi," kata Brayen.
"Om saya lalu berkata 'Lu ikut Paskibraka saja biar gampang jadi Polisi atau Tentara'. Saya bilang 'Kalau saya kena pilih saya mau, om'. Terus ternyata saya sampai di sini," kata Brayen menekankan.
Simak video menarik berikut ini: