Liputan6.com, Jakarta Calon Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka) 2018 terlihat masih berusaha berkonsentrasi menyelaraskan gerakan dan mencoba kompak di hari pertama berlatih di Lapangan PP-PON Kemenpora, Cibubur. Dari pantauan Diary Paskibraka pada Senin (30/7/2018), tampak masih banyak Capaska yang gerakannya terlihat salah dan belum tepat.Â
Beberapa pelatih yang berasal dari Tim Garnisun Tetap 1/Jkt dan pembina berkali-kali meminta para Capaska untuk mengulang gerakan mereka.Â
Kekompakan dan keselarasan gerakan adalah hal yang harus terus diupayakan para Capaska bahkan hingga mereka terpilih sebagai Paskibraka nantinya.Â
Advertisement
Baca Juga
"Sebetulnya sampai selesai (diklat) masih ada yang kurang kompak. Kecuali hari H (tanggal 17 Agustus)," ujar salah satu pembina Paskibraka, H. Subagio ketika ditemui di sela latihan.
Menurut Subagio, ada beberapa hal yang memotivasi para Paskibraka ketika sudah bertugas di tanggal 17 Agustus.
"Hari H itu anak-anak merasa bangga, merasa ditampilkan, ditonton orang banyak jadi dia benar-benar semangat. Dan dia takut salah," kata Subagio.Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Â
Kesalahan kecil bisa berdampak besar
Subagio mengingatkan agar tak menyepelekan kesalahan kecil karena hal itu bisa berdampak pada kesalahan yang lebih besar. Tidak hanya pada satu individu namun juga seluruh pasukan. Bahkan, kejadian tersebut bisa terus diingat sebagai sebuah momen yang buruk.
"Karena salah sekali, satu salah seluruhnya salah. Itu seumur hidup akan terkenang," kata Subagio menuturkan.
Walaupun begitu, melakukan kesalahan saat latihan adalah sebuah hal yang wajar. Apalagi para Capaskan baru pertama kali berlatih di lapangan selama diklat.
"Kalau (melakukan kesalahan saat) latihan sudah biasa, karena fisik orang tidak stabil. Tetap ada kurang sehat, ada yang sehat," tambah Subagio.
Hari ini, Senin (30/7), Capaskan berlatih mempraktikkan materi seperti menyamakan langkah dan manuver formasi. "Hari ini baru bikin kerangka saja," kata Subagio.
Adapun berbagai materi seperti cara berjalan, berbelok, sikap sempurna, penghormatan, dan berbagai gerakan lain telah diberikan teorinya pada Minggu malam.
"Karena kalau tidak ada teori tangannya enggak sama kan. Hormat tangan harus rapat, di atas pelipis. Kalau tidak ada teori kan enggak ngerti bagaimana letak tangan, kalau buka topi bagaimana," pungkas Subagio.
Advertisement