Bahagianya Sainah, Penjual Bakso Tusuk yang Berpenghasilan 90 Juta per Bulan

Sainah merupakan salah satu peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah mandiri dan kini berpenghasilan bersih hingga Rp 90 juta per bulan dari usaha bakso tusuknya.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Agu 2018, 12:16 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2018, 12:16 WIB
[Bintang] Bakso
Bakso panjang. (Sumber Foto: makankeliling/Instagram)

 

Liputan6.com, Jakarta Sainah merupakan salah satu peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah mandiri dan kini berpenghasilan bersih hingga Rp 90 juta per bulan dari usaha bakso tusuknya.

"Saya sekarang sudah punya 12 karyawan dan lima cabang. Masing-masing cabang dilayani oleh dua karyawan dengan pendapatan kotor Rp  7 juta-Rp 8 juta per hari atau Rp 3 juta bersihnya per hari," kata Sainah pada diskusi Fakta Penurunan Angka Kemiskinan, Forum Merdeka Barat di Jakarta, Senin.

Perempuan warga Kabupaten Bantul DI Yogyakarta itu menceritakan kisahnya hingga sukses seperti sekarang berawal dari bergabung menjadi peserta PKH pada 2009.

Sebelumnya, ia menjadi korban bencana gempa bumi yang terjadi di daerah tersebut. Bahkan, suaminya yang bekerja sebagai buruh harian kehilangan pekerjaan. Sebagai ibu rumah tangga, Sainah mulai berpikir untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan tempura kecil-kecilan dengan juragan.

Ia mulai mencari informasi dan akhirnya mengajukan diri untuk menjadi peserta PKH. Setelah menjadi peserta, tidak lama ia mendapatkan bantuan modal usaha melalui program Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Kementerian Sosial sebesar Rp 1 juta.

Modal usaha tersebut ia manfaatkan untuk berinovasi membuat bakso tusuk. "Saya bikin bakso tusuk yang belum ada sama sekali di daerah saya dan ini ide saya sendiri," kata ibu tiga anak tersebut.

Saat ini ia sudah graduasi atau keluar dari kepesertaan PKH secara mandiri. Berkat kesuksesannya, ia menjadi narasumber kegiatan bimbingan teknis (bimtek) pengembangan usaha yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menginspirasi para peserta PKH lainnya.

"Sejak awal, setiap tahun, kita berikan sosialisasi dan bimtek pengembangan usaha KUBE (Kelompok Usaha Bersama) peserta PKH," kata Sariadi dari Dinas Sosial Kabupaten bantu. Bu Sainah masih peserta bimtek pengembangan usaha pada 2009-2012.

Setiap tahun, usahanya dikunjungi dan dipantau. Bu Sainah adalah salah satu peserta PKH yang sabar dan tidak ingin segera menggunakan bantuannya, tapi digunakan untuk pengembangan.

Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018, tingkat kemiskinan di tanah air turun di angka satu digit, yakni 9,82 persen atau yang terendah dalam sejarah sejak krisis 1998.

Menurut BPS, salah satu faktor yang berperan dalam penurunan angka kemiskinan tersebut adalah program Bantuan Sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang disalurkan dengan tepat waktu dan tepat sasaran. (Antaranews/Desi Purnamawati)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya