Indonesia Ikut Suarakan Aksi Kurangi Sampah Palstik di Konvensi Basel

Pemerintah Indonesia ikut menyuarakan pentingnya aksi global untuk mengurangi sampah plastik di laut dalam pertemuan The 11th Open-Ended Working Group of the Basel Convention yang berlangsung di Jenewa, Swiss.

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 10 Sep 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2018, 15:00 WIB
Aksi Karyawan Giant Ekspres Bersihkan Sampah Pantai Teluk Penyu Cilacap
Sejumlah karyawan dari Giant Ekspres Cilacap menggelar acara bersih-bersih Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jumat (10/8). Aksi bersih-bersih pantai bentuk dukungan Giant terhadap penanganan sampah plastik khususnya yang ada di laut. (Liputan6.com/HO/Eko)

 

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia ikut menyuarakan pentingnya aksi global untuk mengurangi sampah plastik di laut dalam pertemuan The 11th Open-Ended Working Group of the Basel Convention yang berlangsung di Jenewa, Swiss.

Menurut siaran pers kantor Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) Jenewa, Sabtu, upaya pengurangan sampah plastik menjadi perhatian serius delegasi berbagai negara pada pertemuan Kelompok Kerja Konvensi Basel yang berlangsung 3-6 September.

Konvensi Basel merupakan perjanjian internasional untuk mengontrol polusi zat kimia dan limbah bahan berbahaya dan pertemuan Kelompok Kerja Konvensi Basel menjadikan pencemaran plastik di laut sebagai topik utama.

Atas prakarsa PTRI untuk PBB, WTO dan organisasi internasional lainnya di Jenewa, Indonesia bersama Swiss, Norwegia, Prancis, Inggris, Uruguay dan Kolombia menyuarakan perlunya aksi global mengurangi limbah plastik, terutama di ekosistem laut.

Pertemuan tingkat tinggi mengenai sampah plastik dan mikroplastik kemudian digelar pada 4 September di Markas Besar PBB Jenewa untuk meningkatkan kesadaran global mengenai perlunya tindakan kolektif dalam mengatasi sampah plastik di laut. Dalam diskusi tersebut, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Novrizal Tahar menyampaikan kebijakan dan strategi pengurangan sampah plastik laut sebesar 30 persen pada 2025.

Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa program nasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik.

"Indonesia secara konsisten mendukung pembahasan isu sampah plastik di laut pada berbagai forum global, termasuk Konvensi Basel, dengan harapan memperoleh dukungan peningkatan keahlian dan kapasitas kelembagaan nasional," kata Wakil Tetap RI di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib.

"Dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, laut dan sumber daya hayati serta nonhayati di dalamnya adalah kekayaan penting bangsa Indonesia yang harus terus kita jaga," ujar Hasan.

Dia menekankan bahwa upaya mengatasi sampah plastik di laut memerlukan kerja sama global, di mana semua negara perlu berbagi pengalaman, mengalihkan teknologi, serta melakukan koordinasi lintas batas.

Indonesia telah bekerja sama dengan Norwegia dalam mengatasi sampah plastik di Teluk Jakarta.

Pembahasan isu sampah plastik di tingkat global diharapkan mendorong kerja sama pengurangan sampah plastik menjadi semakin masif, efektif dan sistematis. Bertambahnya volume sampah plastik menjadi masalah yang perlu penanganan serius.

Sea Education Association memperkirakan bahwa sejak 1950 telah 8,3 miliar ton plastik yang diproduksi. Sampah plastik berdampak buruk yang besar bagi lingkungan karena sulit terurai akibat panjangnya rantai karbon. Pencemaran plastik dikhawatirkan mengganggu ekosistem dan menimbulkan kerusakan lingkungan. Tidak hanya di tanah, sampah plastik dan partikel plastik (mikroplastik) juga membawa dampak buruk di laut, mengganggu keseimbangan ekosistem laut. (Antara/ Yuni Arisandy Sinaga)

Sampah Plastik Diubah Jadi Patung Paus
Wisatawan duduk dekat patung paus dari 5 ton sampah plastik yang ditampilkan di sungai Brugges, Belgia, Sabtu (14/7). Patung paus tersebut bertujuan untuk menyoroti ancaman yang diakibatkan oleh penggunaan plastik secara besar-besaran. (AFP/JOHN THYS)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya