Harbolnas 12.12, Ini Alasan Psikologis Orang Suka Belanja Online

Harbolnas 12.12 menjadi hari yang ditunggu-tunggu para penggemar belanja online (daring). Selain banyaknya diskon, apa yang membuat orang tertarik untuk belanja secara online?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Des 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2018, 12:00 WIB
Orang belanja online
Ilustrasi Orang belanja online (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Hari belanja online nasional (Harbolnas) seperti sudah menjadi "perayaan" tersendiri mendekati akhir tahun. "Tradisi" belanja semacam ini memang sudah banyak dilakukan di berbagai negara.

Harbolnas semacam ini memang menjadi waktunya bagi para konsumen toko daring untuk memuaskan hasratnya dalam berbelanja secara daring. Namun selain karena banyaknya tawaran diskon, mengapa orang suka melakukan ini?

Mengutip tulisan profesor psikologi kognitif di University of California, Los Angeles, Amerika Serikat Alan D. Castel dalam Psychology Today pada Rabu (12/12/2018), proses menemukan barang yang diinginkan secara daring, membelinya, untuk kemudian mendapatkannya dengan rasa puas, merupakan salah satu prinsip psikologi yang dikenal dengan delayed gratification atau kepuasan yang tertunda.

"Untuk belanja daring, Anda terkadang harus menunggu (kadang-kadang hingga tiga sampai lima hari kerja). Tetapi mungkin itulah yang membuat kita terus kembali untuk lebih banyak lagi dan menikmati prosesnya begitu banyak, bahkan jika kita tidak menyadarinya," tulis Castel.

Simak juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ledakan dopamin

[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah, dan Buka Puasa Hari ke-9, 25 Mei 2018
Ilustrasi belanja Lebaran di toko online. (iStockPhoto)

Castel mengatakan, gratifikasi yang tertunda dapat meningkatkan apresiasi kita terhadap berbagai hal. Meskipun hanya untuk periode yang singkat, itu akan membuat kita tetap terikat pada seluruh prosesnya, menginginkannya, membutuhkannya, melihat, evaluasi, dan memilih satu dari banyak pilihan, lalu menunggu, dan akhirnya menikmati.

"Seringkali gratifikasi yang tertunda didefinisikan sebagai menunda penghargaan di awal untuk sesuatu yang lebih besar di masa depan. Namun, untuk kasus belanja daring, hadiahnya mungkin datang dalam kemudahan berbelanja saat ini, dibandingkan belanja di toko yang membutuhkan usaha tapi lebih cepat," tambah penulis "Better with Age: The Psychology of Successful Aging" tersebut.

"Belanja daring dapat menyebabkan ledakan dopamin ketika melakukan pembelian di awal, tetapi juga beberapa aktivasi sistem penghargaan tambahan saat menunggu," kata Castel.

Sehingga, sistem penghargaan di saraf menjadi lebih lambat saat proses tersebut. Inilah yang menyebabkan perasaan antisipasi tinggi dan rasa senang saat menerima barang yang diinginkan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya