Liputan6.com, Jakarta Pasangan suami istri yang punya kelainan genetik bisa saja memiliki momongan yang sehat. Risiko penyakit langka yang mungkin diidap oleh anak (keturunan) bisa diperkecil atau diminimalisir melalui teknologi bayi tabung.
Dokter Spesialis Penyakit Anak Klinis Damayanti R Sjarif menjelaskan, teknologi bayi tabung bisa dicoba oleh pasangan yang mengidap kelainan genetik untuk meminimalisir risiko pada anak mereka. Namun, sebelum menjalani proses bayi tabung, suami istri harus dipastikan memang benar punya kelainan genetik.
Baca Juga
"Pastikan dulu benar ada kelainan genetik. Suami istri diperiksa gen, ada kelainan genetik atau tidak. Ini membuat risiko (penyakit langka pada anak) kecil," jelas Damayanti saat acara konferensi pers Hari Penyakit Langka Sedunia di Graha Dirgantara, Jakarta, Rabu, 27 Februari 2019.
Advertisement
Hasil pemeriksaan pasutri yang positif dapat menjadi syarat menjalani proses bayi tabung. Sebelum ditanamkan ke rahim, embrio harus diperiksa dan diteliti.
"Ada teknologi membuat bayi tabung. Embrio diperiksa, kemudian dipilih embrio mana yang sehat," lanjut Damayanti, yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Bayi tabung dan skrining kesehatan sebelum menikah
Tantangan dan harapan pasien penyakit langka, terutama punya momongan memang sulit. Proses bayi tabung dilakukan dengan cara menggabungkan sel telur ibu dan sel sperma ayah menggunakan alat khusus di laboratorium. Proses ini disebut sebagai pembuahan yang menghasilkan embrio.
Di sisi lain, pemeriksan skrining sebelum menikah untuk mengetahui apakah punya kelainan genetik yang menimbulkan penyakit langka pada keturunan belum tentu jitu.
"Tidak semua skrining bisa (mengetahui kelainan genetik). Skrining biasanya buat penyakit yang bisa diobati," ungkap Damayanti.
Advertisement