Liputan6.com, Jakarta - Anggota Paskibraka 2019 tingkat nasional mengemban tugas yang tidak enteng. Semua mata akan tertuju pada mereka pada Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus di Istana Merdeka, Jakarta. Pasukan pengibar bendera pusaka ini akan bertugas langsung di hadapan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi)
Koordinator Pelatih Paskibraka 2019, Letkol Amar menegaskan bahwa para peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Paskibraka Nasional 2019 harus belajar serius mengenai keselarasan baris-berbaris.
Advertisement
“Sinkronisasi gerakan yang kita harus ajarkan dan PBB (peraturan baris-berbaris) dasar, sehingga dari beberapa daerah yang mungkin tidak sama dengan daerah lain, di sini kita samakan mereka,” kata Amar di PP-PON Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu, 27 Juli 2019.
“Sehingga nanti ketika saatnya gerakan lanjutan mereka sudah sama-sama punya dasar yang sama,” Amar melanjutkan.
Baca Juga
Amar mengatakan bahwa pada minggu pertama latihan, calon Paskibraka Nasional 2019 akan didorong untuk bisa berbaris rapi sesuai dengan standar nasional.
Menurutnya, penentuan formasi akan lebih mudah dilakukan bila dasar PBB telah dikuasai.
Sebab, kendala dari tahun ke tahun selalu sama. Setiap provinsi memiliki cara latihan yang berbeda, sehingga ayunan kaki dan tangan setiap anak pastinya memiliki perbedaan yang harus segera diperbaiki.
“Ayunannya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, sehingga perlu di sini ada penyamaan gerakan. Dalam satu, dua hari ke depan ini tetap masih dalam penyamaan gerak dasar,” Amar menekankan.
Saksikan Video Menarik Terkait Paskibraka Nasional
Kuatkan Mental dan Fisik
Selain itu, peserta Diklat Paskibraka Nasional 2019 harus memiliki fisik dan mental yang kuat. Amar menjelaskan, hal ini dapat dibentuk bersamaan dengan proses penyelarasan gerakan.
Dia menargetkan, Paskibraka 2019 harus jauh lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.
“Setiap dia melakukan kesalahan, kita kasih semacam punishment ya. Supaya kuat tangannya kita suruh push up lima kali, salah lima kali, itu secara tidak langsung mereka sudah dibina fisiknya,” ujarnya.
“Terus secara mental kita beri semacam aba-aba yang panjang, kemudian yang ada sedikit beberapa gerakan sulit, seperti apa mereka masing-masing menanggapi perintah itu. Tapi sudah kita coba tadi, siang hari kita coba, ini lebih cepat nanggapnya ketimbang beberapa tahun belakangan ini,” Amar mengakhiri.
Advertisement