Liputan6.com, Jakarta Skoliosis atau kelainan tulang belakang bukan hanya menimbulkan pembengkokan tulang juga gangguan pernapasan.Â
Menurut dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Christa Adriane Tenges menerangkan, gangguan pernapasan akan terjadi berat bila derajat kemiringan tulang lebih dari 50 derajat.
Advertisement
"Kalau skoliosis sudah mengarah berat (derajat kemiringan banyak), anak cenderung mudah lelah," terang Christa melalui siaran Live Streaming Radio Kesehatan, Kementerian Kesehatan, ditulis Selasa (6/8/2019).
Tulang belakang yang bengkok ini juga kian lama akan menekan organ. Dalam hal ini, rusuk yang berada di depan dada ikut bengkok, yang nantinya akan menekan paru-paru.
"Rusuk bengkok akan menekan paru-paru. Pernapasan dengan menarik dan mengembuskan ya enggak full (sepenuhnya). Tentunya, kondisi ini juga bisa memengaruhi jantung," Christa menjelaskan.
Kasus skoliosis lebih banyak terjadi pada anak-anak karena mereka sedang masa tumbuh kembang. Apalagi saat anak memasuki masa pubertas, yang mana tulang tumbuh makin besar.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Konsultasi Lebih Dini
Derajat kemiringan tulang belakang yang semakin bengkok juga akan memengaruhi kinerja jantung. Anak terkadang bisa merasakan pegal-pegal dan nyeri hebat.
"Kalau skoliosisnya makin besar bisa menyebabkan masalah pernapasan dan kinerja jantung. Ini memengaruhi aktivitas sehari-hari. Pada kondisi ini biasanya pasien baru akan memeriksakan diri, terlebih lagi kalau dilihat kok badannya makin miring sebelah," Christa menjelaskan.
Agar anak tidak mengalami skoliosis, orangtua sebaiknya berkonsultasi ke dokter. Skrining awal dimulai sebelum anak masuk masa sekolah, sekitar usia 6-7 tahun.
"Skrining ini dilihat apakah bahunya tinggi sebelah. Nanti anak diminta buka baju dan dilihat.gambaran tulang belakang, apakah miring,atau tidak, lebih panjang sebelah atau tidak," ujar Christa.
Advertisement