Pemerintah AS Selidiki 150 Kasus Pasien Penyakit Paru Terkait Vape

Jumlah penyakit pernapasan terkait penggunaan vape semakin meningkat di Amerika Serikat.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 23 Agu 2019, 11:01 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2019, 11:01 WIB
Rokok Elektrik
Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Jumlah penyakit pernapasan terkait penggunaan vape semakin meningkat di Amerika Serikat. Instansi kesehatan terkait mengambil langkah investigasi terhadap lebih daari 150 kasus di 16 negara bagian.

Guna menangani kasus tersebut, Food and Drug Administration bekerja sama dengan Centers for Disease Control and Prevention. Mereka meneliti cedera paru-paru yang menghantui remaja maupun individu dewasa akibat vape selama dua bulan terakhir, melansir laman New York Post.

Kedua badan pemerintah AS tersebut memastikan semua korban menggunakan rokok elektronik atau alat vape sebelum jatuh sakit. Bahkan, delapan remaja dengan rekam jejak penggunaan vape dirawat di rumah sakit The Children Hospital, Wisconsin akibat kerusakan serius pada paru-paru. Beberapa diantaranya memerlukan bantuan pernapasan serta menunjukkan gejala seperti napas pendek, kelelahan, nyeri dada, batuk, serta penurunan berat badan.

Sementara minggu lalu Departemen Kesehatan Minnesota mengungkap empat orang muda yang mendapat perawatan 'cedera parah paru-paru' di Children's Minnesota Hospital. Pihak pemerintah mengatakan kasus tersebut kemungkinan terkait dengan penggunaan vape.

Sejauh ini tak ada kasus meninggal dunia dan pemerintah setempat pun belum menunjuk satu penyebab pasti penyakit yang diderita para pasien tersebut. Namun, Rabu (21/8) para dokter mengatakan kondisi tersebut tampak seperti reaksi buruk dari zat kaustik.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya