Ciptakan Ruang Belajar Anak Autis yang Tenteram

Ruang belajar untuk anak autis harus tentram.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Agu 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2019, 12:00 WIB
Cara Mengajari Anak Membaca
Cara menciptakan ruang belajar untuk anak autis. (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ruang belajar bagi anak autis harus menciptakan kesan tenteram. Hal ini agar anak autis dapat tenang dan nyaman saat berada di dalam ruangan.

Menurut Roslinda Ghazali dari Centre for Environment-Behavior Studies (CEBS) Malaysia, konsep ruang belajar yang cocok untuk anak autis harus memerhatikan audio dan visual.

"Anak-anak istimewa ini punya kecenderungan mencari informasi. Mereka suka mengeksplorasi dunia sendiri. Dan butuh stimulasi sensorik. Di ruangan bisa saja disediakan alat akustik, seperti piano," papar Roslinda dalam acara SPEKIX 2019 di Jakarta Convention Center, ditulis Senin (26/8/2019).

Bunyi bising kuat akan mengganggu daya konsentrasi anak autis di ruang belajar. Akustik membantu mereka fokus pada pembelajaran. Oleh karena itu, alat akustik perlu dijaga dan dirawat dengan baik agar tetap berfungsi.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Sekat Ruangan

Anak Autis
Roslinda Ghazali dari Centre for Environment-Behavior Studies (CEBS) Malaysia berbicara desain ruang belajar untuk anak autis dalam acara SPEKIX 2019 di Jakarta Convention Center, Minggu (25/8/2019). (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Sekat ruangan dapat diciptakan untuk mencegah anak autis berlarian ke sana kemari. Dalam satu ruang, sekat ruangan menggunakan beberapa perabot atau tumpukan balok warna warni bisa diterapkan.

"Anak autis seringkali berlarian ke sana sini. Untuk mencegah mereka berlarian, lebih baik membuat sekat ruangan yang disusun menggnakan perabot sesuai untuk anak-anak. Cara ini bisa diterapkan dalam satu ruang," Roslinda menerangkan.

Untuk menstimulasi otak anak autis, ruang belajar juga bisa dicat dengan berbeda warna. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan stimulasi anak, apakah si anak termasuk tinggi atau rendah mendapatkan stimulasinya.

"Setiap ruangan bisa ditonjolkan warna berbeda. Contohnya di Pusat Autisme di Kuala Lumpur yang ruangannya punya cat berbeda. Jadi, anak autis yang baru masuk tidak tercampur dengan anak yang sudah lama belajar. Karena stimulasi yang mereka peroleh kan berbeda," ujar Roslinda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya