Jungkir Balik Hasto Wardoyo Bisa Menolong Persalinan 64.900 Kali

Ribuan persalinan pernah ditangani Kepala BKKBN Hasto Wardoyo

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 14 Sep 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2019, 12:00 WIB
Kepala BKKBN, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Hasto Wardoyo
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo membocorkan tahapan penguasaan ilmu dan keterampilan yang dia terapkan kepada peserta kuliah umum mahasiswa dan mahasiswi baru STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung pada Kamis malam, 12 September 2019 (Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Pangkalpinang - Sebelum mengemban tugas sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo merupakan seorang Bupati Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Hasto, mengatakan, kalau dihitung-hitung sejak 1995 sampai 2019, dirinya sudah menolong persalinan sebanyak 64.900 kali.

Mendengar angka sebesar itu, ratusan mahasiswa dan mahasiswi baru STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung yang hadir dalam kuliah umum dengan tema Peran Generasi Milenial Memanfaatkan Peluang Bonus Demografi pada Kamis, 12 September 2019, memberikan tepuk tangan meriah kepada pria berkacamata itu.

Namun, siapa sangka jika Hasto harus melewati banyak 'rintangan' sampai akhirnya bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Siapa yang mengira bahwa seorang Hasto Wardoyo muda harus melawan rasa takut dan juga cemas.

"Saya waktu jadi dokter kebidanan itu, pertama kali menolong persalinan, jahit, jalan lahir digunting lalu jahit lagi bisa setengah jam. Lama sekali," kata Hasto.

"Sampai-sampai darahnya itu sudah kering, saya belum selesai juga. Ditambah pula keringat saya sejagung-jagung keluar semua," Hasto Wardoyo menambahkan.

Bahkan, saat pasien teriak kesakitan, Hasto pun refleks ikut menjerit saking takut dan panik.

 

Simak Video Menarik Terkait Kepala BKKBN Hasto Wardoyo

Proses Pembelajaran Seorang Hasto Wardoyo

Kepala BKKBN, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Hasto Wardoyo
Sebelum menjadi Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo masih aktif menjadi dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Total lebih dari 64.000 kali persalinan sudah dia kerjakan (Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Pelan-pelan Hasto menyadari bahwa itu merupakan proses pembelajaran. Dan, untuk melewati tahap demi tahap tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Adik-adik, kalau belajar itu harus dimulai dari aquisisi, baru kemudian kompeten. Namun, kompeten saja tidak cukup, meski ada orang yang bilang 'Jadilah orang yang kompeten'," kata Hasto.

Menurut pria kelahiran Kulonnprogo 30 Juli 1964 ini, kompeten bagi seorang dokter tidak cukup. Orang-orang yang berprofesi seperti dirinya harus juga profisien.

"Profisien itu beda dengan kompeten," katanya.

"Kalau kompeten bisa melakukan sesuai protap (prosedur tetap). Tetapi profisien, bisa melakukan sesuai protap tetapi juga cepat," ujar Hasto menambahkan.

Seperti itu tahapan penguasaan ilmu dan keterampilan yang selalu dipegang Hasto Wardoyo, yaitu aquisisi (membaca), kompetensi (berlatih), dan profisiensi (berulang-ulang mengerjakan sesuatu).

 

Cerita Hasto Wardoyo Saat Menjadi Bupati Kulonprogo

Kepala BKKBN, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Hasto Wardoyo
Hasto Wardoyo mengatakan bahwa mahasiswa tidak boleh malas membaca. Selain itu, jangan lupa pula untuk berlatih dan mengulang-ulang yang telah dipelajari itu (Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Lebih lanjut Hasto menceritakan pengalamannya menjadi Bupati Kulonprogo. Enam bulan pertama menyandang status bupati, Hasto mengaku bisa melakukan semua pekerjaan sesuai protap seperti membuat rancangan peraturan daerah (perda), membuat rancangan peraturan gubernur (pergub), kemudian sidang paripurna. Akan tetapi Hasto masih lambat dalam mengerjakan semua itu.

"Karena baru enam bulan. Saya menganggap diri saya baru kompeten, tapi belum profisien," ujarnya.

Namun, ketika pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang, Hasto merasa berada di titik profisien. "Itu pun setelah dua sampai tiga tahun menjadi bupati," katanya.

Pun ketika Hasto sedang menjadi dokter yang siap menolong nyawa orang lain. Dia harus melewati semua proses itu, sampai akhirnya dia bisa mengerjakan semuanya 'sambil tutup mata'.

"Jadi, kalau saya jahit, sekarang meram saja bisa. Artinya, karena itu hal biasa, bukan karena saya hebat," katanya.

"Oleh karena itu, kalau kalian belajar, harus melalui tahapan ini. Aquisisi dulu, kompetensi, baru profisiensi," Hasto Wardoyo menekankan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya