Cerita Hasto Wardoyo Beri Obat Pengurang Nyeri Menstruasi ke Pasien Laki-Laki

Feminax dikenal sebagai obat pengurang rasa nyeri haid (menstruasi) yang ternyata ampuh diberikan ke laki-laki

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Sep 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2019, 11:00 WIB
Kepala BKKBN, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Hasto Wardoyo, Hari Kontrasepsi Sedunia 2019, Hari Kontrasepsi Sedunia
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, bercerita banyak mengenai pengalamannya saat menjadi dokter puskesmas di Kalimantan dalam menghadapi pasien. Hasto saat memimpin rapat telaah tengah bulan dalam rangkaian Hari Kontrasepsi Sedunia 2019 di Kabupaten Sikka, Maumere, NTT (Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Maumere - Banyak hal yang diluruskan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Hasto Wardoyo di perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia 2019 di Maumere, Nusa Tenggara Timur belum lama ini.

Hasto cukup sering mendengar perihal keengganan wanita menggunakan alat kontrasepsi, karena takut tidak menstruasi.

Mereka juga masih berpikir bahwa haid itu berarti mengeluarkan darah kotor. Apabila darah yang kotor itu tidak cepat-cepat disingkarkan, bisa mengakibatkan sekujur tubuh terasa sakit, bahkan parahnya ada yang percaya bisa menyebabkan kanker.

"Bukan, menstruasi itu bukan darah kotor. Itu mitos," kata Hasto di Ballroom Hotel Sylvia, Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur pada Jumat, 27 September 2019.

Hasto menjelaskan bahwa menstruasi adalah mengelupasnya rahim seorang perempuan. Karena mengelupas, sudah pasti berdarah. Dan darahnya keluar lewat bawah.

 

Simak Video Menarik Terkait Hasto Wardoyo

Cerita Hasto Wardoyo

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, Hari Kontrasepsi Sedunia 2019, Hari Kontrasepsi Sedunia, Menstruasi
Dalam sebuah kesempatan, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo meluruskan sebuah mitos yang menyebut menstruasi adalah darah kotor. Menstruasi terjadi karena mengelupasnya rahim, yang menyebabkannya berdarah. Namun, tidak lantas disebut darah kotor (Liputan6.com/Aditya Eka Prawira)

Hal ini, kata Hasto, sama seperti pemberian obat pengurang rasa sakit. Hasto pun jadi teringat saat dia masih menjadi dokter puskesmas di Kalimantan.

Antalgin atau Levorphanol adalah salah satu obat pengurang rasa sakit. Menurut cerita Hasto, dia cukup sering memberikan ini kepada beragam pasien.

Dari pasien yang mengalami nyeri akibat menstruasi, sampai pasien yang datang karena sakit kepala.

"Orang sakit menstruasi saya kasih antalgin, ada yang datang sakit kepala saya kasih antalgin. Pasien protes," kata Hasto.

Pasien protes karena Hasto meresepkan obat yang sama dengan yang menstruasi dan yang tidak. Padahal, obat tersebut memiliki fungsi yang sama, untuk mengurangi rasa sakit. Sayangnya, pasien tidak mengetahui hal tersebut.

Bahkan, masih menurut Hasto, pernah suatu ketika obat antalgin tersebut habis. Yang tersisa hanya 'obat perempuan' feminax.

Feminax yang orang awam tahu adalah obat untuk mengatasi nyeri haid. Sedangkan bagi seorang dokter, feminax merupakan obat yang mengandung Paracetamol. Paracetamol sendiri bekerja untuk mengurangi rasa nyeri.

"Feminax itu kan intinya analgetik. Analgetik itu pengurang rasa sakit," katanya.

"Ada orang kesandung kakinya, saya sudah enga punya obat lagi, saya kasih saja itu, padahal laki-laki dan sembuh," Hasto melanjutkan.

Saat memberikan obat tersebut, Hastu sudah terlebih dahulu mengganti 'kulitnya'. Sebab, kalau kemasan tidak diganti, pasien tersebut tidak akan percaya bahwa obat tersebut mujarab untuk mengurangi rasa sakit yang dia alami.

"Jadi sebenarnya, banyak ilmu-ilmu yang mengasyikkan kalau dipelajari. Ilmu yang praktis-praktis saja. Kaya darah menstruasi, tapi orang menganggap itu darah kotor. Padahal sama saja dengan darah yang keluar lewat hidung. Pun dengan obat," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya