Liputan6.com, Tokyo Naruhito (59) baru saja menjalani penobatan resmi dirinya sebagai Kaisar Jepang pada Selasa, 22 Oktober 2019. Menuju prosesi upacara penobatan, ia harus melakukan serangkaian ritual bernama Sokui no Rei (Upacara Aksesi).
Dalam ritual Sokui no Rei, Naruhito naik ke singgasana Takamikura setinggi 6,5 meter sambil mengenakan jubah warna kuning-oranye. Jubah ini hanya dikenakan oleh kaisar pada acara-acara khusus. Istrinya, Permaisuri Masako duduk di atas takhta yang berdekatan dengan singgasana raja.
Advertisement
Sokui no Rei dilakukan di hadapan pedang dan permata kuno, yang merupakan harta sakral sebagai simbol kekuatan kekaisaran.
Walaupun upacara penobatan baru dilakukan, Naruhito sudah naik tahta sejak 1 Mei 2019. Ini adalah tanggal sehari setelah ayahnya, Kaisar Emeritus Akihito (85) yang menjadi kaisar Jepang pertama yang hidup menyatakan turun takhta.
Seiring dengan kenaikan tahta Kaisar Naruhito, era kekaisaran baru Reiwa--harmoni yang indah--dimulai. Melansir laman The Japan Times, Selasa (22/10/2019), era Reiwa menggantikan era Heisei--mencapai kedamaian 30 tahun--berakhir.
Â
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Berperan sebagai Simbol Negara
Sejak naik takhta, Kaisar Naruhito mengisyaratkan niatnya untuk beradaptasi dengan zaman yang berubah. Ia juga mengatakan, tahun-tahun yang pernah dijalani orangtuanya berfungsi sebagai tiang penunjuk jalan utama ketika melakukan tugas-tugas nonpolitis sebagai simbol negara.
Dalam pidato pertama saat kenaikan tahta pada 1 Mei 2019, Naruhito bersumpah memenuhi perannya sebagai simbol negara.
"Dalam mengaksesi takhta, saya bersumpah bahwa saya akan merefleksikan secara mendalam jalan yang diikuti Kaisar Emeritus. Mengingat jalan yang juga dilalui oleh kaisar-kaisar masa lalu. Saya akan mengabdikan diri untuk perbaikan diri," kata Naruhito dalam pidatonya.
"Saya akan bertindak sesuai konstitusi dan memenuhi tanggung jawab sebagai simbol negara dan persatuan rakyat Jepang."
Menyoal tugas seorang kaisar, Naruhito percaya berdiri di tengah rakyat. Dia akan mendengarkan suara dan dekat dengan masyarakat.
Â
Advertisement
Lembut dan Selalu Tenang
Kaisar Naruhito lahir pada 23 Februari 1960, Ia putra tertua Kaisar Emeritus Akihito dan Permaisuri Michiko.
Naruhito lahir setahun setelah pernikahan orangtuanya. Ibunya yang sekarang berusia 85 tahun, sebelumnya dikenal sebagai Michiko Shoda adalah putri mahkota pertama yang dilahirkan sebagai warga negara biasa.
Nama Naruhito diberikan oleh kakeknya, Kaisar Hirohito, yang secara anumerta dikenal sebagai Kaisar Showa. Nama Naruhito terdiri dari dua karakter Tiongkok yang diambil dari buku kuno filsafat Konfusianisme Tiongkok.
Arti nama Naruhito, yakni seorang pria yang memeroleh kebajikan surgawi.
Ia menempuh pendidikan di Sekolah Gakushuin pada tahun 1964, dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah, hingga universitas. Universitas Gakushuin awalnya didirikan sebagai sekolah bagi bangsawan kerajaan pada abad ke-19.
"Yang Mulia (Naruhito) lembut dan selalu tenang. Dia secara alami menarik perhatian orang banyak," ucap Akihiko Imai, seorang teman Naruhito sejak SMP.
Menempuh Pendidikan di Inggris
Pada tahun 1978, Kaisar Naruhito mendaftar di Fakultas Sastra Universitas Gakushuin, jurusan sejarah. Sebelum lulus pada tahun 1982, ia menulis tesis diploma tentang transportasi air abad pertengahan di seluruh Laut Pedalaman Seto Jepang.
Setelah melanjutkan sekolah pascasarjana universitas pada April 1982, ia belajar selama dua tahun di Merton College University of Oxford, Inggris dari tahun 1983. Di kesempatan ini ia tinggal di asrama untuk pertama kalinya.
Selama tinggal di sana, Naruhito berkata bahwa dengan santai mengunjungi pub-pub dan membeli poster-poster aktris Amerika seperti Jane Fonda dan Brooke Shields sebagai pelengkap dekorasi kamarnya.
Seorang teman dari masa kuliahnya di universitas memberikan kesan, bahwa Naruhito sangat siap dan cocok dengan peran yang diambil setelah ayahnya turun takhta.
"Orang-orang Jepang beruntung mereka memilikinya sebagai kaisar, bahwa dia mewakili Jepang," kata Keith George, pengacara Amerika dari Charleston, Virginia Barat, yang belajar di Oxford selama dua tahun yang sama dengan Naruhito pada 1980-an.
Tema penelitian Naruhito di Oxford mengenai sejarah transportasi di Sungai Thames. Ia menerbitkan sebuah makalah berjudul The Thames and I: A Memoir of Two Years at Oxford pada tahun 1989 dan dianugerahi gelar Doktor Hukum Kehormatan pada 1991.
Keahlian ini membuatnya menjabat sebagai presiden kehormatan Dewan Penasihat Sekretaris Jenderal untuk Air dan Sanitasi antara 2007 dan 2015.
Â
Advertisement
Menikahi Masako dan Sejumlah Hobi
Setelah menetapkan tujuan menemukan pasangan sebelum berusia 30 tahun, Naruhito menikahi Masako Owada. Istrinya adalah seorang diplomat yang menghabiskan masa kecilnya di Moskow dan New York pada Juni 1993.
"Saya akan melindungimu dengan sekuat tenaga selama sisa hidupmu," ungkap Naruhito saat melamar Masako.
Anak tunggal Naruhito dan Masako, yakni Putri Aiko (17) yang lahir pada 1 Desember 2001.
Kaisar Naruhito diketahui melakoni sejumlah hobi, di antaranya mendaki gunung, jogging, bermain tenis, dan ski. Ia juga bermain viola dan tergabung dari orkestra selama aktif di Universitas Gakushuin.
Dalam aktivitas kekaisaran, ia berpartisipasi berbagai acara dan ritual, baik di dalam maupun di luar Istana Kekaisaran. Terkadang ia mewakili Kaisar Emeritus Akihito menghadiri acara dalam beberapa tahun terakhir.
Pada akhir Mei 2019, kaisar dan permaisuri menyambut, Presiden AS Donald Trump dan Melania sebagai tamu negara mengawali masa Reiwa.