Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Kisah Pilu Bocah Korban Pedofil, Kena Kanker Rektum Stadium 4

Bocah 12 tahun yang menjadi korban pedofil didera kanker rektum stadium 4.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 28 Nov 2019, 23:00 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2019, 23:00 WIB
Ilustrasi Pelecehan Anak
Ilustrasi Pelecehan Anak (iStockphoto)​

Liputan6.com, Padang Baru berusia 12 tahun, bocah perempuan berinisial T menjadi korban pedofil. T, yang tinggal di Kota Padang, Sumatera Barat harus berjibaku melawan kanker rektum stadium 4 yang diidapnya.

Kanker tersebut bersarang di tubuhnya akibat tindak pelecehan seksual.

 

Kisah korban pedofil ini bermula pada Maret 2018 lalu saat T dititipkan di rumah neneknya. Ia tinggal di rumah sang nenek karena orangtuanya sedang mengalami masalah rumah tangga.

"Karena ada permasalahan rumah tangga, T dititipkan di rumah neneknya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, adik T membantu berjualan gorengan," tutur Alya selaku pendamping T melalui sambungan telepon kepada Health Liputan6.com, Kamis (28/11/2019).

Sejak T berjualan gorengan, pelaku pedofil melancarkan aksi bejatnya. Tindakannya seolah-olah membantu menghabiskan gorengan yang dijual T.

"Dengan membeli (habiskan) gorengan Rp20.000-Rp30.000, pelaku menjalankan aksinya. Padahal, korban masih anak kecil," lanjut Alya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Perdarahan Hebat yang Dikira Haid

Ilustrasi menstruasi
T mengalami perdarahan hebat yang dikira haid. (Unsplash)

T mendapat pelecehan seksual dari pelaku berulang kali. Namun, T tidak menceritakan hal itu kepada sang nenek dan orangtuanya. Pelaku mengancam T untuk tidak menceritakannya kepada siapapun.

"Korban mencoba menyimpannya sendiri. Sampai balik lagi tinggal di rumah orangtuanya (beberapa bulan kemudian, selepas Maret 2018), T tetap tidak bercerita," tambah Alya, yang tergabung di Komunitas Beribadah.id.

Sekitar Juni 2019, hal yang tak terduga terjadi. T mengalami perdarahan hebat. Aroma darah yang keluar berbau tajam.

"Korban alami perdarahan. Tapi darah yang keluar berbau busuk. Ketika ditanya, T menjawab, haid. Wajah pun terlihat shock," Alya menerangkan.

Kondisi T tersebut menimbulkan kecurigaan dari orang-orang di sekitarnya. T pun dibawa periksa ke rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan, dokter mendiagnosis T dengan kanker rektum stadium 4.

"Kata dokter, itu bukan haid biasa, melainkan adik T mengalami tindak pelecehan seksual. Selain kanker rektum stadium 4, vagina dan rahimnya juga dalam kondisi buruk. Kondisi dubur (anus) juga makin memburuk," ujar Alya.

T akhirnya berani menceritakan apa yang dialaminya. Kini, polisi tengah memburu sang pelaku pedofil.


Perawatan untuk Bertahan Hidup

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Perawatan kanker rektum stadium 4 dijalani T untuk bertahan hidup. Ia sempat koma selama  tiga hari saat dirawat di rumah sakit. Rangkaian pengobatan, radiologi, dan kemoterapi sudah dilakukan.

Bahkan dokter telah membuatkan lubang anus di perut T.

"Korban dirawat di rumah sakit selama 25 hari. Karena kankernya stadium 4, perawatan paliatif yang harus dijalani T. Dokter menyampaikan, perawatan itu untuk membuat T bertahan hidup lebih lama," ujar Alya dengan nada sendu.

Selepas keluar dari rumah sakit, T harus rawat jalan. "Saya tidak tahu pasti berapa kali T radiologi dan kemoterapi. Yang pasti dia rawat jalan. Saat T drop dan kesehatannya memburuk, dia langsung dilarikan ke rumah sakit."


Berobat ke Jakarta

Kanker
Demi perawatan lebih baik, T akan berobat ke Jakarta. (Foto: pixabay)

Demi memeroleh pengobatan lebih baik, Alya dan tim juga akan mendampingi T berobat ke rumah sakit rujukan nasional di Jakarta. Direncanakan, esok (29/11/2019) mereka terbang dari Padang ke Jakarta.

"Kami mengusulkan adik T berobat ke Jakarta. Besok, kami akan berangkat dari Bandara Minangkabau," Alya menjelaskan.

Lantas bagaimana dengan biaya pengobatan T? Alya menerangkan, biaya pengobatan dan perawatan T bukanlah perkara mudah. Tatkala melihat kondisi ekonomi orangtua T, biaya pengobatan terasa tak terjangkau.

Alya dan tim pun menggalang dana sosial melalui laman Kitabisa untuk membantu biaya pengobatan T. Saat ini, biaya yang dibutuhkan Rp500.000.000.   

"Penghasilan orangtua korban pas-pasan. Orangtua T bekerja sebagai buruh. Ya, dapat uang kalau hanya ada panggilan untuk bekerja," tutup Alya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya