Sewaktu Kecil, Panglima TNI Hadi Konsumsi Makanan Bergizi Ini

Panglima TNI Hadi menceritakan makanan yang sewaktu kecil dulu dikonsumsinya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Jan 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2020, 07:00 WIB
TNI
Panglima TNI menerima audiensi Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Rabu (15/1/2020). (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Liputan6.com, Jakarta Ketika menerima audiensi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menceritakan makanan yang kerap dikonsumsi sewaktu kecil dulu. Ia rupanya makan masakan yang ternyata kaya gizi.

"Dulu waktu kecil, saya makan masakan campuran petai cina, parutan kelapa, dan teri dibungkus daun. Ternyata ketiga campuran itu bagus gizinya,” kenang Marsekal TNI Hadi di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (20/1/2020).

Makanan campuran petai cina, parutan kelapa, dan teri ini biasa dikenal dengan botok teri. Bahan dasar teri kaya dengan omega 3 tinggi untuk menjaga kesehatan jantung, tulang, dan otak. Jenis makanan ini pun termasuk sumber protein baik.

Dalam perbincangan, Hadi juga menyampaikan, angka stunting di Indonesia masih tinggi. Padahal, Indonesia sangat kaya dengan variasi sumber makanan yang bergizi namun bisa diperoleh dengan harga murah.

“Ikan kembung itu memiliki gizi yang baik, sehingga sehat untuk dikonsumsi masyarakat. Dan yang lebih penting lagi harganya murah," lanjutnya.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Ancaman bagi Anak Indonesia

TNI
Panglima TNI menerima audiensi Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Rabu (15/1/2020). (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Hasto pun menegaskan, permasalahan stunting masih menjadi salah satu ancaman bagi anak Indonesia. BKKBN terus berupaya mencegah anak-anak yang lahir agar tidak stunting. 

"Oleh karena itu, BKKBN bekerja di hulu dengan mengoptimalkan pengasuhan pada 1.000 Hari Pertama kehidupan (HPK) untuk mencegah terjadinya stunting pada anak. Stunting yang mana tidak terpenuhinya salah satu komponen zat gizi pada masa remaja, khususnya remaja putri sebagai calon ibu juga dapat mengakibatkan stunting pada bayi yang dilahirkan nanti," tegasnya.

"Tidak optimalnya pemberian stimulasi pada periode 1.000 HPK berdampak pada terhambatnya kemampuan otak anak. Maka, sangat penting mengatur jarak kelahiran, dengan mengatur kelahiran. Anak akan mendapatkan asupan gizi dan ASI (Air Susu Ibu) serta kasih sayang yang cukup."

Dukungan Program KB

TNI
Panglima TNI menerima audiensi Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Rabu (15/1/2020). (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Di sisi lain, BKKBN sangat berterimakasih atas dukungan TNI dalam program Keluarga Berencana (KB) hingga saat ini. Melalui berbagai kegiatan penggerakan dalam masyarakat, baik individu maupun melalui bakti sosial seperti Bakti Sosial TNI KB Kesehatan. 

Di lini lapangan, Babinsa telah bekerja sama dan membantu Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Mayoritas motivator KB pria Babinsa adalah anggota TNI.

"Ada juga dokter dari TNI yang sudah banyak membantu melakukan pemasangan kontrasepsi, vasektomi (mencegah transportasi sperma pada testis dan penis), dan tubektomi (pemotongan saluran indung telur sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim untuk dibuahi),” jelas Hasto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya