Heboh Antraks di Gunung Kidul, Hindari Makan Daging Ternak yang Sakit

Agar terhindar dari penularan antraks, hindari makan daging ternak yang sakit.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Jan 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2020, 17:00 WIB
Pemeriksaan hewan kurban
Petugas Dinas Peternakan dan Pertanian memeriksa selaput lendir sapi kurban yang dijual di Mall Hewan Kurban H. Doni, Depok, Jawa Barat, Senin (29/7/2019). Pemeriksaan guna menjamin kelayakan dan kesehatan medis hewan kurban untuk dikonsumsi pada Idul Adha mendatang. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Demi terhindar dari penularan antraks, masyarakat sebaiknya tidak makan daging ternak yang sakit. Ternak yang sudah mati juga tidak boleh dagingnya dikonsumsi.

Imbauan tersebut disampaikan Kementerian Pertanian seiring dengan adanya kasus antraks di Gunung Kidul, Yogyakarta, Jawa Tengah.

Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, sosialisasi soal antraks terus dilakukan. 

"Sosialisasi tentang antraks juga terus dilakukan kepada masyarakat sekitar. Agar pemahaman tentang penyakit ini bertambah," Diarmita melalui keterangan resmi kepada Health Liputan6.com, Senin (20/1/2020).

"Dan yang penting juga diingatkan, tidak memotong dan mengonsumsi (daging) ternak yang sakit, terlebih lagi (ternak) yang sudah mati."

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Laporkan Ternak yang Sakit dan Mati

Antraks
Penanganan antraks di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta berupa 5.000 dosis vaksin, antibiotik, antihistamin, vitamin, desinfektan, alat pelindung diri, dan sprayer. (Dok Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian)

Antraks yang menular pada manusia bisa menyerang kulit, pernapasan, dan pencernaan. Warga yang positif antraks diberikan antibiotik profilaksis lanjutan sampai 20 hari. Pemeriksaan dan penanganan tepat dengan pengambilan darah biasanya ikut dicek.

Kehadiran sosialisasi antraks, Diarmita berharap, masyarakat dapat segera melaporkan ke petugas bila ada hewan ternak yang sakit.

"Laporkan juga kalau ada ternak yang mati mendadak. Masyarakat juga tidak membeli hewan yang berasal dari daerah tertular atau tanpa keterangan kesehatan hewan yang resmi," sarannya.

Kecamatan Pojong merupakan zona merah atau daerah tertular antraks. Data Kementerian Pertanian mencatat, sekitar 997 ekor sapi dan 1.413 ekor kambing serta domba yang berada di Kecamatan Pojong.

Ada juga zona kuning, yakni Kecamatan Semanu, berbatasan langsung dengan Kecamatan Pojong, yang terdapat 941 ekor sapi serta 2.362 ekor kambing dan domba. Pemberian vaksin dan antibiotik kepada seluruh hewan ternak agar tidak kena antraks masih dilakukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya