Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menceritakan pengalamannya ketika menghadapi ancaman Middle East Respiratory Syndrome atau MERS beberapa waktu lalu. Hal tersebut diungkapkannya ketika membicarakan soal infeksi virus corona atau COVID-19.
"Kami luar biasa kerja betul-betul menjaga," kata Nila dalam sebuah diskusi seputar virus corona COVID-19 di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Rabu kemarin, ditulis Jumat (13/3/2020).
Baca Juga
Nila menceritakan bahwa ketika wabah MERS terjadi di masa jabatannya, dia meminta masyarakat Indonesia yang ke Arab Saudi untuk urusan ibadah agar menjauhi hewan unta.
Advertisement
"Saya selalu bilang, jangan foto-foto sama unta. Lebih cakep foto sama suami sendiri, suami orang jangan," kata Nila berseloroh.
Menkes Indonesia periode 2014-2019 itu juga mengungkapkan dirinya sempat meminta Menkes Arab Saudi untuk menahan pergerakan hewan unta ketika sedang ada keramaian seperti di musim Haji.
"Ini memang jadi dunia rentan. Ternyata, kesehatan kita ini lemah. Bukan kita saja, seluruh dunia lemah," Nila menambahkan.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
MERS, SARS, dan COVID-19
Seperti yang sudah banyak diketahui, MERS disebabkan oleh virus MERS-CoV. Virus tersebut merupakan salah satu dari banyak virus corona. Infeksi virus corona di dunia yang sempat membuat heboh lainnya selain SARS-CoV-2 atau COVID-19 adalah SARS yang juga bermula dari Tiongkok.
Hanya saja, dibandingkan dengan MERS dan SARS, para dokter mengatakan bahwa tingkat kematian COVID-19 terbilang tidak semematikan kedua penyakit "saudaranya" tersebut.
"Dari sisi patogeniknya atau virulensi ini tidak separah atau tidak mematikan. Karena fatality rate-nya lebih rendah dibandingkan SARS atau MERS-CoV," kata Erlina Burhan, dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dalam sebuah temu media di Cikini, Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Dalam kesempatan yang berbeda, Erlina menjelaskan bahwa SARS memilki tingkat kematian hingga 10 persen. Sementara MERS-CoV mencapai 35 hingga 37 persen.
Walaupun begitu, Erlina menyebut bahwa transmisi dari virus yang sempat dikenal dengan nama 2019-nCoV atau Novel Coronavirus itu memang sangat cepat dan bisa menginfeksi sekitar 24 ribu orang dalam sebulan.
Advertisement