Liputan6.com, Jakarta Ventilator masih menjadi alat medis langka dalam proses perawatan pasien yang positif terinfeksi COVID-19. Alat tersebut sangat membantu pasien yang mengalami kesulitan napas.
Kesulitan dalam pengadaan ventilator tersebut diakui oleh Menteri Riset dan Teknologi RI/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang P.S. Brodjonegoro. Menurutnya kesulitan tersebut karena selama ini tidak ada industri yang memproduksi ventilator.
Baca Juga
Namun, Pemerintah terus berupaya mengatasi tantangan tersebut dengan bekerja sama dengan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta untuk memproduksi ventilator di dalam negeri.
Advertisement
Terkait dengan hal itu, Bambang menyampaikan ada empat prototipe ventilator produksi dalam negeri yang telah melalui proses pengujian Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan RI dan tengah dalam tahap uji klinis.
"Empat prototipe ventilator yang saat ini juga melalui proses pengujian BPFK dan saat ini sedang uji klinis adalah prototipe yang berasal dari ITB, UI, BPPT, dan dari swasta PT Dharma," ujarnya dalam konferensi pers Percepatan Penanganan COVID-19 yang disiarkan live secara daring dari Graha BNPB Jakarta, Minggu (3/5/2020).
Bambang menyebut uji klinis terhadap ventilator-ventilator itu memakan waktu sekitar satu minggu. Diharapkan ventilator sudah ada pada pertengahan Mei.
Â
Kemenkes Perlu 1.000 Ventilator CPAP dan 668 Ambu-bag
Bambang mengatakan, berdasarkan komunikasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI diketahui diperlukan kira-kira 1.000 ventilator jenis Continous Positive Airway Pressure (CPAP) dan kira-kira 668 ventilator jenis ambu-bag.
"Nah yang jenis ambu-bag yang dibuat BPPT misalkan, itu juga bisa dipakai untuk di ruang instalasi gawat darurat atau ruang emergensi jadi sangat membantu pasien yang kebetulan sedang berada dalam kondisi emergensi," ujar Bambang. Sedang sebagian ventilator lainnya bisa digunakan untuk pasien yang berada di ruang observasi.
Dalam kesempatan itu, Bambang mengatakan, Indonesia juga akan mengembangkan ventilator yang nantinya bisa digunakan di ruang Intensive Care Unit (ICU).
"Tentunya butuh waktu beberapa bulan untuk kami mengembangkan, sehingga InsyaAllah suatu saat kita akan bisa memproduksi ventilator untuk ICU invasif yang dibuat di Indonesia."
Advertisement