WHO: Herd Immunity untuk Hadapi COVID-19 Berbahaya

WHO menyebutkan bahwa konsep herd immunity untuk menghadapi COVID-19 adalah hal yang berbahaya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Mei 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2020, 15:00 WIB
Pekan Pertama PSBB, Begini Suasana Stasiun Manggarai
Penumpang KRL tujuan Bogor menanti pemberangkatan di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (13/4/2020). Seiring dengan pemberlakuan PSBB di DKI, PT KCI membatasi operasional KRL dari pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB dengan jumlah penumpang 60 orang di setiap gerbongnya. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization mengutuk konsep herd immunity sebagai cara penanggulangan COVID-19. Menurut mereka, strategi tersebut berbahaya.

Michael Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO mengatakan dalam konferensi pers di Jenewa bahwa salah jika negara berpikir mereka bisa membuat populasi secara ajaib kebal terhadap COVID-19.

"Manusia bukan kawanan ternak, dengan demikian, konsep kekebalan kelompok umumnya dicadangkan untuk menghitung berapa banyak orang yang perlu divaksinasi serta populasi untuk menghasilkan efek tersebut," kata Ryan seperti dikutip dari Independent pada Selasa (19/5/2020).

Ryan mengatakan bahwa penerapan konsep ini, terutama pada negara-negara yang lemah, adalah perhitungan yang sangat berbahaya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Prioritas yang tepat

20160628-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Ryan mengatakan, negara yang bertanggung jawab akan menghargai setiap naggota masyarakat dan berusaha melakukan apa pun untuk melindungi kesehatan, ekonomi, serta hal-hal lainnya.

"Kita perlu mendapatkan prioritas yang tepat saat kita memasuki fase selanjutnya dari pertarungan ini," kata Ryan seperti dikutip dari Telegraph.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), herd immunity adalah situasi ketika proporsi populasi yang cukup kebal terhadap penyakit menular (baik lewat vaksinasi dan/atau antibodi infeksi sebelumnya), membuat penularan antar manusia kemungkinan berhenti.

Sehingga, akan ada herd immunity dari vaksinasi atau orang yang sudah terinfeksi dan sembuh, sehingga lebih sedikit orang yang bisa tertular karena penyebaran virus antar manusia cukup sulit.


Biasa Digunakan untuk Merencanakan Vaksinasi

Kasus Virus Corona Bertambah, Bio Farma Kebut Penemuan Vaksin Anti Covid-19
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Maria Van Kerkhove dari WHO mengatakan bahwa saat ini, proporsi orang dengan antibodi rendah.

"Dan ini yang penting, karena Anda menyebut kata ini 'herd immunity' yang biasanya merupakan frasa yang digunakan saat Anda berpikir tentang vaksinasi," ujar Kerkhove.

"Anda pikir berapa jumlah populasi yang perlu memiliki kekebalan untuk dapat melindungi sisa populasi? Kita tidak tahu persis level yang dibutuhkan untuk COVID-19. Namun tentu saja, harus lebih tinggi dari apa yang kita lihat dalam studi seroprevalensi," kata Kerkhove.

Seroprevalensi ini mengauc pada tingkat patogen dalam suatu populasi sebagaimana diukur dalam serum darah. "Apa yang ditunjukkan oleh studi sero-epidemiologis kepada kami adalah ada sebagian besar populasi yang tetap rentan," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya