Liputan6.com, Jakarta Wisma Karantina Pademangan, Jakarta yang nyaman rupanya membuat sebagian Warga Negara Indonesia (WNI) dari luar negeri betah. Mereka yang menjalani proses karantina atau isolasi memilih enggan pulang ke daerah masing-masing.
Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) melaporkan, sebagian penghuni betah tinggal di Wisma Karantina Pademangan dan tidak mau pulang. Mereka yang bertahan enggan untuk meninggalkan Jakarta.
Advertisement
Melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, dalam memberikan pelayanan bagi penghuni, Kogasgabpad sebagai pengelola Wisma Karantina Pademangan menyediakan fasilitas pendukung bagi penghuni. Hal ini demi memberikan kenyamanan.
Kenyamanan yang diberikan berupa makan dan minum gratis serta akomodasi yang dilengkapi dengan air conditioner (AC) dan pemanas air.
“Di dalam kompleks wisma, beberapa unit ditempatkan untuk membantu operasional pelayanan bagi para penghuni, seperti pos pelaporan, tempat pengambilan paspor dan layanan BP2MI, money changer, dan pelayanan travel,” ujar Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Eko Margiyono selaku Pangkosgabpad wilayah DKI dan Bodetabek, ditulis Minggu (31/5/2020).
Rasa Khawatir dan Ingin Menunggu New Normal
Selain dukungan fasilitas Wisma Karantina Pademangan yang nyaman, alasan khusus sebagian WNI yang memilih bertahan di Wisma Karantina karena khawatir tidak dapat masuk kembali ke Jakarta.
Mereka juga ingin menunggu tahapan New Normal untuk mencari lapangan pekerjaan baru.
Menyikapi mereka yang tetap bertahan, Kogasgabpad merekomendasikan, para penghuni untuk meninggalkan wisma karantina.
Ini disebabkan masa berlaku surat dan hasil pengujian swab yang menunjukkan hasil negatif COVID-19 hanya berlaku selama 7 hari. Setelah 7 hari, mereka sudah diizinkan pulang.
Meski begitu, mereka yang ingin tetap tinggal di wisma karena menunggu situasi pembatasan sosial akan ditampung. Tercatat pada Jumat (29/5/2020), 750 orang seharusnya sudah dijadwalkan untuk kembali ke daerah asal.
“Pada Jumat (29/5/2020) pagi, kami melaksanakan patroli di tower 8 dan 9, ada pembedaan data yang seharusnya kembali dan yang masih tinggal. Ada selisih 750 orang, data yang tinggal seharusnya 1.050, kenyataannya ada 1.800 orang,” tutur Eko selaku Pangkosgabpad wilayah DKI dan Bodetabek.
Advertisement