Perhimpunan Dokter Paru: Hidroksiklorokuin Masih Aman untuk Pasien COVID-19 di Indonesia

Ketua PDPI mengatakan, studi terhadap dua obat tersebut masih berlanjut, sehingga belum bisa benar-benar disimpulkan apakah keduanya efektif untuk mengobati pasien COVID-19 di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 30 Jun 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2020, 11:00 WIB
Obat Malaria Hydroxychloroquine.
Obat Malaria Hydroxychloroquine. (AP / John Locher)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa berdasarkan kajian awal beberapa perhimpunan dokter, klorokuin dan hidroksiklorokuin masih cukup aman untuk digunakan dalam penanganan COVID-19 di Indonesia.

"Profesi sudah melakukan kajian awal pada awal bulan Juni yang lalu dan kami sudah mengeluarkan surat resmi kepada Kementerian Kesehatan dan kepada Gugus Tugas," kata Agus dalam konferensi pers dari Graha BNPB, Jakarta pada Senin kemarin.

"Hasil evaluasi awal bahwa hidroksiklorokuin dan klorokuin masih cukup aman digunakan pada populasi di Indonesia," kata Agus, ditulis Selasa (30/6/2020).

Agus mengatakan, berdasarkan data awal yang mereka himpun, efek samping yang dialami oleh pasien COVID-19 yang menggunakan kedua obat tersebut terbilang ringan dan tidak meningkatkan risiko kematian.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Masih Riset Awal

dr. Agus Dwi Susanto (tengah) bersama dr. Erlina Burhan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, memberikan paparan terkait bahaya tuberkulosis di Jakarta, Jumat (23/3/2018). (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti).
dr. Agus Dwi Susanto (tengah) bersama dr. Erlina Burhan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, memberikan paparan terkait bahaya tuberkulosis di Jakarta, Jumat (23/3/2018). (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti).

Agus mengatakan bahwa studi terhadap penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin pada pasien COVID-19 memang masih berjalan.

"Preliminary study atau data awal dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menunjukkan penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin itu risiko kematiannya lebih sedikit dibanding tidak menggunakannya, artinya dia tidak meningkatkan risiko kematian," kata Agus.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa lama rawat terlihat lebih sebentar pada mereka yang menggunakan klorokuin dan hidroksiklorokuin.

Walau begitu, Agus mengatakan bahwa penelitian dua obat tersebut masih dilakukan. Sehingga terlalu dini untuk mengatakan bahwa mereka benar-benar efektif digunakan untuk penanganan COVID-19 di Indonesia.

Dia mengatakan, apabila hasil akhir riset menunjukkan bahwa klorokuin dan hidroksiklorokuin tidak efektif untuk pasien COVID-19 di Indonesia, penggunaannya juga akan dihentikan.

Selain itu, Agus juga mengungkapkan bahwa penggunaan obat-obat tersebut hanya boleh diberikan kepada pasien berusia dewasa di bawah 50 tahun, tidak memiliki masalah jantung, pada anak hanya boleh diberikan pada kasus berat, serta dirawat di rumah sakit bukan pasien isolasi mandiri, hal ini untuk memantau pabila terjadi efek samping.

Sebelumnya, World Health Organization (WHO) pada Mei 2020 tak melanjutkan penggunaan klrokuin dan hidroksiklorokuin pada pasien COVID-19. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya